Tek kotek kotek kotek, anak ayam turun berkotek."
Masih ada yang hafal? Silahkan dilanjutkan berdendang jika masih ingat. Â Setelah itu silahkan lanjutkan membaca cerita saya ya!
Pemelajar BIPA yang saya ampu adalah mahasiswa semester pertama di Jurusan Bahasa Indonesia. Kampusnya ada di Tiongkok. Namanya Universitas Bahasa Asing Zhejiang Yuexiu (浙江越秀外国è¯å¦é™¢).  Supaya mudah untuk diingat, selanjutnya nama universitas ini akan saya sebut Yuexiu (越秀).Â
Yuexiu dalam bahasa mandarin memiliki makna "(orang yang ) sangat gagah atau cantik". Jika digunakan sebagai kata sifat untuk nama universitas maka maknanya adalah "sangat elegan".Â
Sampai dengan tahun 2019, Yuexiu merupakan satu-satunya universitas di propinsi Zhejiang, Tiongkok yang memiliki jurusan Bahasa Indonesia. Posisi Yuexiu sendiri ada di Kota Shaoxing. Selain Yuexiu, di daratan Tiongkok ada 15 universitas lain yang juga membuka jurusan S-1 Bahasa Indonesia.
Mahasiswa BIPA di Yuexiu belajar Bahasa Indonesia dari nol. Mahasiswa ini tidak memiliki pengetahuan dasar sama sekali mengenai Bahasa Indonesia. Oleh sebab itu, pelajaran yang mendapatkan prioritas pada semester pertama adalah mata kuliah Pengucapan.Â
Mahasiswa diajarkan mulai dari membaca abjad, mengeja suku kata, mengucapkan kata, sampai dengan terampil membaca kalimat. Tentu saja kalimatnya yang  singkat dan sederhana.Â
Pembelajaran mata kuliah ini didampingi oleh penutur jati Bahasa Indonesia, dan mata kuliah lain didampingi oleh dosen-dosen asal Tiongkok yang memiliki latar belakang pendidikan Bahasa Indonesia. Selain belajar dalam pertemuan kelas sebanyak dua SKS, mahasiswa juga diwajibkan untuk berlatih mandiri.Â
Latihan mandiri juga didampingi oleh dosen-dosen di jurusan Bahasa Indonesia, secara bergantian. Latihan berlangsung selama 45 menit, setiap pagi dan malam, dari Senin sampai dengan Jumat. Bisa dibayangkan betapa beratnya sistem dan mekanisme belajar mahasiswa-mahasiswa ini.
Selain mengulang ucap, berlatih mengoreksi ucapan secara berpasangan, dan melakukan permainan, saya merasa perlu memberikan sedikit hiburan bagi mahasiswa tersebut. Bisa dibayangkan kalau berlatih ucapan selama 90 menit tanpa berhenti dan tidak ada hiburan.Â
Pada awalnya saya membawa beberapa lagu-lagu anak untuk diputar di kelas. Mahasiswa merasa senang bisa memiliki waktu untuk mereggangkan ronggah tenggorokan sebelum latihan lagi dengan mendengarkan lagu dan menonton video clips. Setelah beberapa kali mendengarkan lagu-lagu diputar di dalam kelas, saya mencoba mengajak mereka untuk bernyanyi.Â