Mohon tunggu...
Alam Panjaitan
Alam Panjaitan Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Refleksi Kemerdekaan: 72 Tahun Merdeka, Kemajuan atau Kemunduran?

21 Agustus 2017   09:19 Diperbarui: 21 Agustus 2017   10:12 2642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Peringatan hari lahir bangsa ini yang merupakan hari yang sakral dan memiliki nilai fundamental dalam perjalanan perjuangan bangsa. 

Tiap tahun dirayakan dengan gegap gempita. Seluruh elemen masyarakat terlibat aktif mengambil peran dalam perayaan meriah. Dari mulai upacara di tingkat RT/RW, di perbatasan negara, hingga Istana. Disana perayaan begitu meriah; Ada Paskibraka yang dengan begitu bangganya mengibarkan sangsaka. Ada orchestra yang hadir mendidihkan jiwa nasionalisme kita lewat nada. Ada juga teman teman TNI/POLRI yang berdiri tegap mengamankan acara dan menyimbolkan kesiapan mereka menjaga tanah air. Ada pilot-pilot dari TNI-AU yang melakukan 'fly-pass'. 

Bahkan pada tahun ini para pejabat berlomba-lomba menggunakan pakaian adat terbaiknya, yang tidak lain tujuannya adalah untuk menyimbolkan keberagaman yang dimiliki negeri kita. Tiap 17'an seolah hari yang begitu riuh, terasa semua rakyat Indonesia bergerak memperingati hari kemerdekaan. Setelah beberapa lama dihantui perpecahan dan perbedaan, hari ini seolah semua itu tidak ada. Perbedaan yang ada telah disatukan oleh kemerdekaan. Itulah seyogiyanya yang seharusnya kita pahami dari kemerdekaan. Dengan adanya persatuan seperti ini, saya menjadi optimis bahwa Indonesia masih bisa bergerak maju. Tapi masih ada saja yang mengganjal. Terkadang karena disibukkan dengan perayaan, kita menjadi lupa menyelami makna yang lebih dalam.

Saya bertanya di dalam diri. Apa cukup peringatan hari kemerdekaan dirayakan 'hanya' dengan kemeriahan, keriuhan, lomba-lomba? Cukup dengan kegembiraan sesaat? Padahal rangkaian perjuangan para pendiri bangsa begitu sulit dan berat? Melihat itu semua saya menarik benang bahwa itu semua bukanlah esensi utama dari peringatan hari kemerdekaan kita. Peringatan hari kemerdekaan berbeda dengan hari raya lainnya. Bukan ajang silaturahmi, memanfaatkan tanggal merah untuk liburan, ataupun sekadar berlomba. Ada makna yang lebih dalam yang seharusnya bisa kita gali dan menjadi pegangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dari tiap tahun peringatan kemerdekaan.

Bagi saya berdasarkan pengalaman pribadi, ada yang berbeda dari perayaan tahun ini. Saya semakin mengenal siapa dan apa itu Indonesia,(berhubung di pelajaran sejarah dan PKN sedang diajarkan materi yang sama, yaitu tentang proses kemerdekaan) walaupun sebatas pengetahuan anak SMA. 

Proses dan gagasan terkait kemerdekaan Indonesia merupakan perjuangan yang menguras energi yang berhasil diwujudkan para pejuang berkat semangat untuk satu hal 'kemerdekaan'. Lalu apa itu kemerdekaan? Seberapa penting dan seberapa hebat kemerdekaan? Kenapa tidak ikut Belanda saja? Cari aman. Atau bisa jadi negara persemakmuran. Mungkin kita bisa lebih maju dari Indonesia yang sekarang. Tapi bukan itu pilihan para pendiri bangsa kita. Mereka tidak asal pilih jalan yang mudah, tapi jalan yang benar. Karena yang benar pasti tidak mudah. Tujuannya apa? 

Bangsa ini bisa menentukan nasibnya sendiri. Artinya adalah, menentukan tanpa pengaruh dari kelompok lain. Lalu kalau kita bisa menetukan nasib sendiri, apakah selalu berakhir baik? Belom tentu. Bung Karno pernah mengatakan bahwa perjuangannya lebih mudah karena melawan penjajah, sedangkan perjuangkan kita akan lebih sulit karena melawan saudara sebangsa. Maksudnya apa? Masih ada saja pasti saudara sebangsa kita yang baik secara sadar atau tidak sadar, salah mengambil sikap yang bisa berujung pada disintegrasi bangsa. Tidak perlu jauh jauh. Isu SARA yang begitu kuat dihembuskan menjelang Pilkada khususnya DKI Jakarta, sempat menimbulkan kegaduhan dan perubahan persepsi atas perbedaan yang kita miliki.  

Orang-orang itu dengan segala kepentingan kelompoknya melupakan kepentingan bangsa yang lebih besar. Jujur saya hormat dengan para ulama yang dulu setuju atas perubahan sila ke-1 Pancasila menjadi lebih terbuka. Itu semua jelas tercatat dalam sejarah. Kenapa mereka memilih berbuat demikian? Mereka mengutamakan persatuan bangsa. Karena mereka sadar bahwa kita adalah negara yang beranekagaram dan Pancasila secara 'incraaht' harus hadir sebagai ideologi terbuka yang mempererat dan menjadi dasar kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Miris melihat bagaimana mereka yang mengatasnamakan agama atau ormas tertentu berusaha menyeragamkan perbedaan yang ada, tanpa sadar bahwa para pendahulunya sendiri yang berbesar hati membukakan pintu kebhinekaan bagi negeri. Krisis nilai dan moral kebangsaan menjadi isu sentral yang harus diselesaikan bersama. Generasi muda adalah kuncinya.

Generasi muda sebagai agen perubahan harus mampu menginterpretasikan cita-cita luhur para pendiri bangsa dengan benar dengan terlebih dahulu paham akan nilai-nilai dasar seputar perjuangan yang kemudian harus diikuti dengan aksi nyata. Bagaimana negara mau berubah kalau agen perubahannya 'melempem'? Jangan tunjuk orang, tunjuk diri sendiri.  Apa arti mendalam dari peringatan kemerdekaan? Tanyakan pada diri, apa yang sudah kamu berikan kepada negara? Kalau belum ada, rencanakan karena pengabdian pemuda sangat ditunggu negara. Omong kosong kalau perayaan itu lewat tiap tahun begitu saja, tanpa ada tujuan atau arah dari kemerdekaan. 

Generasi muda, sadarlah beban itu ada di pundakmu. Bukan beban yang ringan. Tanggung jawabmu besar. Setelah terjadi berbagai tragedi retorik dengan berbagai janji dan omong besar dari beberapa pemimpin yang 'murahan', mau kemana bangsa ini? Kemana arahnya? Generasi mudalah yang menentukan. Para pendahulu sudah memberi ruang kemerdekaan bagi kita, lalu kita mau mengisinya dengan apa? Apa mau merdeka hanya di mulut, padahal masih tergantung asing? Apa ada kemerdekaan di Papua? Ada kemerdekaan di Miangas? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun