Mohon tunggu...
Syamsu Alam
Syamsu Alam Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembelajar Ekonomi dan Pasar Modal

KISS, Keep it Simple Sob -www.alamyin.com-

Selanjutnya

Tutup

Money

Seberapa "Kaya" Kita Memahami Kemiskinan?

5 Desember 2015   14:48 Diperbarui: 5 Desember 2015   15:20 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Kedua pendekatan di atas adalah referensi utama lembaga/kementerian di Negara dalam merumuskan kebijakan berkaitan dengan penduduk miskin, yang secara statistik setiap tahun menurun namun anggaran untuk mengatasi kemiskinan meningkat setiap tahun yang tersebar di beberapa kementerian atau dinas.

Pentingnya Perspektif Komunitas

Kemiskinan akan selalu hadir ditengah-tengah kita, ketika relasi ketergantungan antara satu orang/komunitas masih terlembagakan baik secara formal maupun informal. Pendekatan kelembagaan secara formal kerap kali dilakukan oleh pemerintah sebagai bentuk kontrol terhadap warga seperti Raskin, bantuan siswa miskin, dan program lainnya yang melanggengkan ketergantungan warga Negara terhadap Negara. Sedangkan kelembagaan secara informal dapat ditelusuri dari berbagai mitos yang mengilusi kerja kreatif masyarakat, himbauan-himbauan, ceramah-ceramah agamawan yang tidak mencerahkan/ menggerakkan individu/masyarakat.

Konsep Patron-Klien dalam konseptualisasi pikiran materiil dan individualis adalah sebuah bentuk eksploitasi dari patron ke klien, namun lembaga seperti ini adalah hubungan yang saling menjamin seperti antara pemilik tanah luas dan tak bertanah. James C. Scott mengatakan bahwa keduanya saling memiliki kewajiban moral, seperti orang yang numpang tinggal ditanah orang kaya memiliki kewajiban moral terhadap yang ditumpangi, demikian sebaliknya.

Di beberapa tempat di seantero dunia masih kita temui aksi kolektif komunitas semacam Manajemen ala orang mati”. Misalnya kematian, sekarang ini orang mati pun harus membayar ketika hendak dikuburkan. Biaya yang dikeluarkan oleh sanak keluarga mulai dari menggali kuburan sampai dengan menjamu para pelayat tidak bisa lepas dari biaya ekonomi dari para keluarga. Namun orang yang meninggal tatkala mereka masih hidup telah mengasuransikan hidupnya kepada komunitas dengan cara ikut menyumbang ketika ada tetangganya yang meninggal. Ini lah yang disebut dengan community insurance (Banerjee). Hal seperti masih sering ditemui pada masyarakat yang masih memegang teguh modal sosial mereka, khususnya di desa-desa yang kekerabatan dan solidaritasnya belum tergerus oleh masyarakat modern yang individualis.

Dalam struktur masyarakat modern yang berbasis pada kepentingan individu, kegiatan seperti ini ditangkap sebagai kegiatan pemborosan. Orang ketika dilihat dari ukuran materiil adalah miskin namun dalam kehidupan sosialnya masih membagi-bagikan apa yang dimiliki untuk menjamin keberlangsungan komunitas (shared poverty). Konsep membagi kemiskinan dikemukakan oleh salah satu Indonesianis, yakni Clifford Geertz yang menyoroti tentang perkembangan masyarakat Indonesia saat memasuki modernisasi dimana perubahan itu ditunjukkan ada perkembangan namun perkembangan itu tidak menunjukkan peningkatan. Tentu, kerangka konseptualnya untuk menyebutkan shared poverty terhadap perkembangan masyarakat Indonesia karena ia melihatnya dari cara pandang capitalist mode of production.

Di belahan dunia yang lain, seperti, Di Sardinia  Itali, di Okinawa Jepang dan di Loma Linda California AS, adalah contoh dimana terdapat penduduk yang rata-rata hidupnya berumur panjang di atas 80 tahun (National Geographic). Dari beberapa wilayah yang terpisah ini umumnya terdapat kebiasaan yang serupa, meskipun ada perbedaan latar belakang dan keyakinannya. Rata-rata rahasia hidup berumur panjang itu karena gaya hidup (lifestyle) mereka. Pada umumnya mereka hidup dengan gaya tradisional, mengutamakan keluarga, berkomunitas, melaksanakan event-event budaya, ramah dengan orang lain, menghargai antar sesama dan mengutamakan pergaulan dalam kehidupan, selain itu juga tidak pernah menggerutu. Pada umumnya mereka gemar berolahraga dan berkegiatan. Merawat dan memelihara orang tua dalam satu keluarga dan bukan mengirimkannya ke rumah jompo.

Pentingnya menghadirkan konsepsi dan perspektif kemiskinan berbasis kemunitas adalah wujud membangun kemandirian politik maupun finansial. Kemandirian secara politik akan mengantarkan si subjek untuk lebih berani bersikap, bahkan terhadap konsep yang mainstream sekalipun. Kemandirian secara finansial dapat diupayakan dengan memanfaatkan ‘apa’ yang dimiliki (potensi), apakah potensi non-materi berupa ide (pengetahuan), akses, keterampilan, pertemanan (modal sosial) atau potensi materi yang dimiliki individu/komunitas. Kedua jenis kemandirian ini dapat dikembangkan dan dirawat melalui semangat saling berbagi (share), yang bahkan dalam pandang mode of production capitalism, kemiskinan (_kekurangan menurut cara pandang mainstream_) dapat kita share. Yaa… shared poverty tepatnya. Karena dalam doktrin agama saya, kita tidak akan miskin dengan membagikan apa yang kita miliki kepada yang lain meskipun orang menilai kita kekurangan.

Sedekah: Jalan Alternatif yang Sunyi

Kemiskinan dapat mendekatkan kepada kekufuran. Bukan berarti bahwa kekayaan dapat menjauhkan dari kekufuran. Karena kenyataannya banyak juga yang kufur karena berlimpahan nikmat atau rezeki. Istilah teman saya, banyak orang bisa survive dengan ‘penderitaan dan serba kekurangan’ tapi tak jarang banyak yang tumbang dan lupa diri justru dengan ‘angin sepoi-sepoi’.

Islam sebagai agama yang mulia dan agung, senyatanya sudah mempunyai solusi-solusi, bahkan upaya pencegahan atas penyakit-penyakit sosial yang muncul. Sedekah adalah salah satu konsep yang masih sunyi dari hiruk pikuknya aktifitas manusia sejagad. Sedekah tentu merupakan doktrin Islam untuk mengatasi kesenjangan sosial dan mewujudkan pemerataan ekonomi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun