Mohon tunggu...
Alam TukhotMakabe
Alam TukhotMakabe Mohon Tunggu... Mahasiswa - BIARAWAN

Biarawan dari Ordo Kapusin. Saat ini sedang menjalani program S2 Filsafat di Fakultas Filsafat UNIKA Medan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Renungan Hari Minggu III Masa Paskah

22 April 2023   22:07 Diperbarui: 22 April 2023   22:14 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

                                                                                                 (Sumber Poto: www.youtube.com)

Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini. Nasihat dari rasul Petrus ini menjadi perhatian bagi kita juga. Allah mengadili manusia berdasarkan iman dan perbuatannya. Meskipun menyebut diri sebagai pengikut Kristus, namun jika iman tidak selaras dengan hidup, kita tidak akan memperoleh bagian dari kerajaan Allah. Ketakutan dan rasa was-was itu harus kita ungkapkan dengan bertindak aktif berbuat kasih dan kebaikan. Dalam perjalanan hidup kita sehari-hari dengan berbagai cara kita akan bertemu dan merasakan pengalaman iman dengan Allah. Hal itu sering kali menggembirakan dan penuh dengan semangat serta suka cita.

Dalam injil dikisakahkan tentang dua orang murid yang berjalan menuju kampung bernama Emaus. Di tengah jalan mereka bertemu dengan Yesus yang bangkit. Pada awalnya mereka tidak mengetahui dan menyadarinya. Meskipun demikian, dalam pengalaman itu hati mereka merasa berkobar-kobar. Demikian juga perjumpaan dengan Allah dalam hidup sehari-hari pasti menciptakan suasana yang bahagia dan bersemangat. Ada suka cita yang tidak terlukiskan ketika kita dapat menolong sesama yang menderita dan membutuhkan uluran tangan. Ada juga rasa bahagia dan puas ketika pengorbanan kita membawa kebaikan pada orang lain. Ada perasaan damai, ketika orang yang kita dukung berhasil. Serta ada senyum yang tulus ketika orang yang kita cintai bangkit dari rasa putus asa.

            Agar kita mampu melakukannya, sama seperti kedua murid, kita perlu mengundang dan membiarkan Yesus tinggal dalam hati kita. Melalui sabdaNya yang kita resapkan setiap hari, Allah sungguh hadir dalam diri kita. Berkat pertolongan Roh Allah yang tinggal di dalam hati, kita dimampukan, disemangati, serta didorong untuk senantiasa mengamalkan kasih dan kebaikan. Kedua murid baru mengenali Yesus setelah Ia memecah-mecahkan roti. Artinya, mata para murid terbuka setelah mereka menyaksikan perbuatan Yesus. Yesus dikenal berkat apa yang dibuatNya. Demikian juga, iman kita akan dikenal melalui perbuatan kita. SEMOGA.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun