Mohon tunggu...
Alam TukhotMakabe
Alam TukhotMakabe Mohon Tunggu... Mahasiswa - BIARAWAN

Biarawan dari Ordo Kapusin. Saat ini sedang menjalani program S2 Filsafat di Fakultas Filsafat UNIKA Medan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Renungan Hari Minggu IV Masa Puasa

18 Maret 2023   20:40 Diperbarui: 18 Maret 2023   20:49 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber Poto: wol.jw.org)

Yesus tidak hanya menyembuhkan mata fisik orang buta dalam injil, tetapi juga membuka mata hatinya sehingga ia mampu melihat Allah dalam diri Yesus. Berkat rahmat Allah tersebut, orang buta yang disembuhkan itu, mampu melihat jauh ke dalam diri Yesus melampaui apa yang dapat dilihat oleh orang-orang Farisi. Orang-orang Farisi hanya mampu dan fokus melihat apa yang terang bagi mata, yakni segala peraturan lahiriah yang berasal dari Hukum Taurat. Tetapi nilai yang sesungguhnya dari aturan tersebut yakni cinta, tidak mereka lihat. Justru itu lah yang mau ditunjukan oleh Yesus sehingga Ia menyembuhkan orang buta pada hari Sabat.

Terpilih dan diurapinya Daud oleh Samuel dalam Perjanjian Lama menandaskan bahwa bukan apa yang dilihat manusia yang dilihat Allah. Manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat yang tersembunyi dalam hati. Takaran yang digunakan Allah tidak didasarkan atas kehebatan lahiriah. Kitab suci mencatat dan menjadi saksi atas semua itu. Keterpilihan para rasul dan para rabi bukan karena kehebatan mereka. Sebaliknya berdasarkan padangan dunia mereka tidak layak. Justru orang-orang demikian dipakai dan diurapi Allah sebagai alat ditangan-Nya.

Dengan sabda-Nya Allah menghalau kegelapan dari dalam hati sehingga kita mampu melihat dengan terang dan jelas. Kegelapan dan awan kelabu yang menutupi mata batin kita dibersihkan berkat Sabda Allah yang kita dengarkan. Sabda Allah itu memampukan kita melihat dengan jelas dan penuh iman. Berkat hal itulah Yesus sunggguh melihat penderitaan orang buta yang telah lama mengharapkan kesembuhan. Yesus tidak berhenti melihat pada aturan hari Sabat.

Yesus tidak mengatakan bahwa aturan harus dilanggar. Aturan adalah baik sebab itu setiap orang harus mengamalkannya. Aturan dibuat demi menjamin keadilan, kesejahteraan, dan kebaikan bersama. Jika hukum kehilangan kasih dan kebikan itu, kita sebagai orang beriman harus mampu bertindak melampauinya. Yesus mengajarkan kita bahwa kasih lebih tinggi daripada hukum. Bukankah kita sering melakukan hal yang sama seperti orang Farisi.  Sering kali kita pun buta melihat banyak hal di sekeliling kita. Pandangan atau mata kita terlalu dipenuhi dan ditutupi dengan hukum, sifat, dan kriteria-kriteria duniawi. Terlalu sibuk membahas aturan lupa membantu orang yang menderita. Belas kasih tidak bisa ditunda. Bagi orang yang membutuhkannya, menunda berarti mempercepat kematiannya atau memperpanjang/memperberat penderitannya.

Dibutuhkan mata hati yang terang yang dapat melihat dengan jelas. Semakin sering kita mendengarkan Sabda Tuhan, maka semakin teranglah mata hati kita. Dengan demikian semakin peka pulalah kita melihat penderitaan sesama dan nilai-nilai keburukan yang terkandung dalam banyak hal disekitar kita. Telanjangilah perbuatan-perbuatan kejahatan. Mari senantiasa mendengarkan Sabda Tuhan dan membuka mata hati kita lebar-lebar. SEMOGA.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun