Mohon tunggu...
Alaiyya Ayu Nimatul Fajriya
Alaiyya Ayu Nimatul Fajriya Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Bahasa Dan Sastra Indonesia, Universitas Gadjah Mada

Sedang menghindari kitmanulilm

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Seurapong: Surganya Laut bagi Pemburu Ikan di Pulo Aceh

14 Agustus 2020   10:35 Diperbarui: 14 Agustus 2020   20:51 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pantai Pasie Peunyi, Seurapong (Sumber gambar: www.seputaraceh.com)

Para penyelam terjun ke dasar laut hanya dengan bekal alat seadanya (kaca mata selam dan kaki bebek). Mereka menyebutnya dengan nyelam alam. Beberapa penyelam juga ada yang menggunakan alat bantu (tabung/kompresor), namun hanya sebagian kecil.

Mereka terbiasa menyelam kedalaman 30 meter dengan rentang waktu 1---2 jam jika menggunakan alat bantu. Jika tanpa alat bantu hanya 3---5 menit saja, tentunya dengan kedalaman yang biasa.

Sekali melaut, mereka akan mendapatkan sekurang-kurangnya 200 kilo ikan yang berukuran kecil. Sedangkan, jika mereka beburu tuna, mereka akan mendapatkan hasil hingga 5 ton. Dengan hasil sebanyak itu mereka akan mengantongi uang sekitar 5 juta rupiah. Jumlah tersebut dapat dikatakan sebagai jumlah yang cukup besar sebenarnya.

Hasil tangkapan dijual mentah dan diekspor ke Banda Aceh. Akan tetapi, juga banyak ikan yang diolah, salah satunya ikan karang, banyak juga cumi-cumi dan gurita yang diasinkan. Akan tetapi, semakin hari jumlah tangkapan gurita mengalami penurunan akibat sulitnya menemukan gurita dalam proses perburuan.

Hal tersebut dapat berkaitan dengan faktor alam dan faktor eksploitasi gurita yang dilakukan secara terus menerus. Eksploitasi yang dilakukan secara terus menerus tanpa melakukan tindakan pelestarian dapat mengakibatkan kelangkaan spesies bahkan kepunahan spesies itu.

Dilansir dari laman Kanal Aceh, menurut anggota DPRK Aceh Besar, sebenarnya tidak begitu sulit untuk mengembangkan potensi Pulo Aceh. Keseriusan pemerintah dan legislatif untuk membuka keterisoliran Pulo Aceh dapat dilakukan dengan pemaksimalan transportasi antarpulau.

Hal tersebut agak-agaknya akan terjawab ketika jembatan yang menghubungkan Pulau Nasi dan Pulau Breueh selesai dibangun. Akan tetapi, wacana pembangunan jembatan tersebut masih dalam tahap pengumpulan dana. Entah kapan akan menjadi nyata dan dapat digunakan masyarakat Pulo untuk mambantu akses antarpulau.

Selain melalui peningkatan infrastruktur yang ada, pemanfaatan potensi juga dapat dikakukan dengan pematangan kemampuan berekonomi. Salah satunya dengan penerangan mengenai budidaya gurita yang menjadi kekayaan laut di sana.

Budidaya gurita akan memperbanyak spesies serta mempercepat proses regenerasi gurita agar jumlah spesiesnya tidak mengalami kekurangan.

Berikut beberapa gambar hasil tangkapan nelayan Desa Seurapong

dok. pribadi
dok. pribadi
dok. pribadi
dok. pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun