Mohon tunggu...
Maman Suherman
Maman Suherman Mohon Tunggu... lainnya -

jurnalis yang penulis, penulis yang jurnalis & berkeliaran pakai @maman1965

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Kisah Tragis Kematian Jurnalis

15 Desember 2013   21:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:53 920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13871298911869564153

[caption id="attachment_308920" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi/ Admin (Kompas.com)"][/caption] SUDAH banyak jurnalis yang tewas saat menjalankan tugas jurnalistiknya. Committee to Protect Journalist (CPJ) mencatat, total 971 jurnalis tewas di seluruh dunia selama kurun waktu 1992 - 2012. Dari jumlah itu, sekira 70 persen karena pembunuhan. Kelompok politik, staf pemerintahan, kelompok kriminal, dan kelompok militer menjadi empat teratas pembunuh wartawan. Di tahun 2012 saja,  CPJ yang berbasis di New York, Amerika Serikat, mencatat paling sedikit ada 67 jurnalis meninggal sewaktu bertugas, dengan angka terbesar terjadi di empat negara, yaitu Suriah, Somalia, Pakistan & Brasil. Angka itu naik 42 persen dibandingkan tahun 2011. Tetapi tahun terburuk dari segi jumlah jurnalis yang tewas tercatat pada 2009, ketika 74 orang meninggal dalam tugas, separuhnya karena pembantaian di Provinsi Maguindanao , Filipina. Di tahun 2012 itu juga, jurnalis internet tercatat mendapat pukulan paling keras yang pernah dialaminya. Dan, proporsi freelancer yang bernasib sama, pun naik tajam. Sementara itu, Reporters Without Borders (Reporters Sans Frontieres), organisasi sejenis yang berbasis di Paris, Perancis, menyebut angka jurnalis yang tewas dalam tugas pada tahun 2012 sebesar 88 orang. Laporan tahunan RSF, "Press Freedom Barometer", juga menyebut 47 orang "netizens" dan jurnalis warga (citizen journalists) terbunuh sepanjang 2012. Sementara 193 jurnalis dan 130 netizen dipenjara. Seperti halnya CPJ, RSF juga melaporkan Suriah, Somalia, dan Pakistan sebagai negara yang paling berbahaya bagi jurnalis. Angka ini yang paling tinggi sejak RSF mulai mengkompilasi data tahunan sejak 1995. BAGAIMANA dengan Indonesia?

Saat berkunjung ke Newseum, Amerika Serikat tiga tahun lalu, selain Udin, ada belasan nama jurnalis Indonesia lainnya yang tewas dan diabadikan di 'Journalist Memorial' . Udin, lengkapnyaFuad Muhammad Syafruddin, tewas pada 16 Agustus 1996. JurnalisHarian Bernas, Yogyakarta, itu dipukul orang tak dikenal di rumahnya, pada 13 Agustus 1996. Kepala dan perutnya dihantam tongkat logam hingga memar berat. Tiga hari kemudian (16/8), Udin tewas di rumah sakit. Pembunuhan Udin diduga kuat terjadi karena ia bersama rekannya di Bernas aktif menginvestigasi potongan dana IDT Bantul, dan janji politik uang Bupati bantul saat itu.

Menurut Komnas HAM, polisi selalu menyebut kasus pembunuhan jurnalis sedang diproses, tidak ada SP3. Tapi tabir kematian Udin hingga kini belum terkuak. Dan, tolong dicatat kasusnya akan kadaluarsa sebentar lagi, tepatnya 16 Agustus 2014. Dari berbagai catatan, di sepanjang tahun 1996 - 2010,  setidaknya ada delapan kematian jurnalis yang tak terungkap. Selain Udin, ada tujuh nama jurnalis lain yang tewas saat bertugas dan (diduga) kuat berkaitan dengan profesinya sebagai jurnalis. Ketujuh lainnya adalah: 1. Naimullah (Sinar Pagi), ditemukan tewas dengan leher terluka di jok belakang mobilnya yang terparkir di Pantai Penimbungan, 90 km utara kota Pontianak, Kalbar, 25 Juli 1997. Diduga, oknum polisi menjadi dalang dari semuanya. Sebelum kematiannya, Naimullah menulis tentang keterkaitan polisi dengan jaringan pembalakan liar. 2. Agus Mulyawan (Asia Press) tewas di TimTim dalam penembakan di pelabuhan Qom, 25 September 1999. 3. Muh Jamaluddin ( TVRI) hilang sejak 20 Mei 2003 di Aceh,  dan ditemukan tewas 17 Juni 2003. 4. Ersa Siregar (RCTI) tewas di aceh pada 29 Desember 2003 dalam tembak menembak GAM - TNI. 5. Herliyanto (Delta Pos, Sidoarjo) terbunuh 29 April 2006. Herliyanto dibunuh oleh sekelompok penyerang saat mengendarai sepeda motornya di jalanan berhutan yang menghubungkan Desa Tulupari dan Tarokan di daerah Banyuanyar, Probolinggo, Jawa Timur. Ia mengalami luka tikam di perut, leher, dan kepala. Pembunuhan Herliyanto diduga kuat karena beritanya yang mengungkap korupsi proyek pembangunan jembatan di Desa Reijing. Berita Herliyanto mengungkap bahwa dana infrastruktur lokal senilai Rp 120 juta rupiah telah dikorupsi. 6. Ardiansyah Mat Ra'is Wibisono (MeraukeTV, Papua), tewas 29 juli 2010. Jasadnya ditemukan mengambang di Sungai Arang, Mulia, Papua. Pembunuhan Matra’is diduga karena beritanya terkait kompetisi politik para pejabat untuk memperebutkan proyek agrobisnis di Merauke, Papua. 7. Alfred Mirulewan (Tabloid Pelangi) ditemukan tewas penuh luka memar di pantai terpencil di daerah Kisar, Maluku, 18 Desember 2010. Sebelum ditemukan, Mirulewan telah dinyatakan hilang dua hari. Nyawanya terenggut diduga karena berita yang diungkapnya berkaitan dengan penyalahgunaan distribusi dan penjualan bahan bakar minyak. Dalam sejumlah catatan, ada satu lagi kasus kematian jurnalis yang sebenarnya juga belum terungkap utuh. Yakni, Muhammad Sayuti Bochari (Pos Makassar),  yang ditemukan tergeletak tidak sadarkan diri pada 9 Juni 1997 di sebuah jalan di Desa Luwu, sekitar 480 kilometer di utara Makassar. Anggota keluarga dan teman-teman Sayuti mengatakan bahwa luka-luka Sayuti menunjukkan dia telah dipukuli. Sayuti tewas dua hari kemudian di rumah sakit. Pembunuhan Sayuti diduga kuat terjadi karena beritanya tentang pejabat lokal yang diduga menggelapkan dana pemerintah yang dialokasikan untuk mengentaskan kemiskinan. Dia juga melaporkan pencurian kayu yang melibatkan aparat desa. Namun, polisi setempat mengatakan penyebabnya karena kecelakaan lalu lintas. Demikian selintas kisah tewasnya rekan-rekan kami, sesama jurnalis, di medan tugas. Sekadar mengingatkan kembali, kasus kematian jurnalis Udin akan kadaluarsa tepat delapan bulan lagi dari sekarang, yakni 16 Agustus 2014. Setelah itu tak bisa diadili lagi. Akankah tabir ini tak terungkap hingga dunia kiamat? Semoga bos-bos media tidak ikut-ikutan melanggengkan impunitas! @maman1965

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun