Mohon tunggu...
Ika Maria- (Pariyem)
Ika Maria- (Pariyem) Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Melesat dari kenyamanan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jarik dan Sawah

6 Mei 2011   10:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:01 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_106462" align="alignleft" width="300" caption="menanam penyambung hidup orang banyak (dok.p)"][/caption]

ini cuma share tentang kegiatan pagi-pagi ketika mblasuk ngawur ke desa-desa di Kalasan.  pukul tujuh an melewati pemandangan di desa yang memamerkan kegiatan musim tanam yang ada pada gambar.

start.

udara di desa ini segar sekali. tanpa bau-bauan yang memalaskan hidung menghirup udara. benar-benar segar sekali, hingga lumut hijau tidur sampai tidak bangun-bangun di permukaan tanah pinggir jalan di gang-gang kecil. hijau muda.  sekitarnya kebersihan terlihat sangat terjaga. ada satu pos kampling yang temboknya bercat hijau muda. sepertinya desa ini sangat menggemari warna hijau. mungkin dengan alasan, kesegaran adalah ciri khas desa mereka.

tiba-tiba hasrat ingin berhenti mengayuh pedal sepeda tak bisa tertahan. mengurungkan niat untuk mengayuh pedal sepeda dan akhirnya berhenti saja. duduk diatas sedel dan menegak air putih bekal dari rumah. mata memang sulit diperintahkan untuk tidak melihat. dari arah barat terhampar luas sawah yang siap digarap oleh empunya sawah. di sebelah selatannya, sawah dengan padi sedang dipanen. masih terlihat berserakkan jerami-jerami di sekelilingnya. sengaja diserakkan karena untuk pupuk organik.

ngematke tanpa kedep.

sawah dan para penanam padi. ada kaum bapak-bapak dan kaum ibu-ibu. ibu-ibu yang sudah cukup tua dilihat dari tampilan kulit terluarnya. sinar matahari yang menjadikan pigmentasi. caping, sebagai penutup kepala. hal yang masih terlestarikan terjadi pagi itu. kaum ibu-ibu yang sudah berumur mengenakan pakaian yang cukup ribet. kebaya, kemben dan jarik sebagai rok mereka. mereka pun terlihat ramping tubuhnya. pasti mereka orang jaman dulu yang taat minum jamu dan suka makanan tradisional bukan junk foods.

apa yang membuat kaum ibu-ibu itu sudi mengenakan kebaya, kemben, udet dan jarik.

padahal air dan tanah yang menjadi lumpur menyulitkan jari-jari kaki bergerak.

apakah itu semacam ritual menanam padi, mereka hormat dan menghargai padi sebagai penyambung hidup manusia. jika tidak ada mereka, negeri ini mau makan apa?  salut untuk mereka yang mau berjuang menjadi penanam padi. sudah dibela-belain nanam padi dengan pakaian ala adat Jawa begini, terkadang saya masih membuang butir-butir nasi.

ayo, kalau pada makan nasi dihabiskan jangan dibuang-buang. masih banyak yang tidak makan nasi seperti kita karena tidak berkesempatan punya uang untuk membelinya.

mblasuk ngawur: masuk desa ngawur.

ngematke tanpa kedep: melihat/memandangi tanpa berkedip

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun