Mohon tunggu...
Aksara Sulastri
Aksara Sulastri Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance Writer Cerpenis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lewat aksara kutuliskan segenggam mimpi dalam doa untuk menggapai tangan-Mu, Tuhan. Aksarasulastri.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Novel: Love Story Of Dreaming Part 7

24 Juni 2022   12:09 Diperbarui: 24 Juni 2022   12:24 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Part 7.

 Kesempatan Melanjutkan Sekolah

Esok hari beberapa anak remaja melewati halaman kediaman Keti. Dengan seragam merah putih, biru putih laki-laki dan perempuan. Mengenakan dasi, topi menggendong tas ransel. Semua anak berpakaian sangat rapi. 

Keti ingin seperti mereka berharap bisa sekolah lagi. Sebab ia hanya berada di rumah saja membantu sang ibu memasukkan botol bekas ke dalam karung goni. Juga tengah merapikan dus-dus kotor yang baru dipungut ibunya dari dalam tong sampah.

Ia selalu bermimpi melanjutkan sekolah menengah pertama. Saat Suketi meminta kepada sang Ibu. Dengan sekolah menggunakan seragam baru, memakai sepatu baru, tas baru dan bisa mempunyai banyak teman. Mendengar keinginannya jawabanya bisa tampak jelas dari bola mata sang ibu yang berkaca-kaca.

Ibu pernah sekali berujar kepadanya, "Masih untung bisa makan setiap hari, Keti." Ia mematung mendengar ucapan sang Ibu.

"Sekolah itu butuh uang banyak, buat beli buku, baju sekolah, alat tulis, bayar SPP, pendaftaran pertama masuk sekolah, belum yang lainnya," imbuhnya.

Mungkin hanya anak yang beruntung yang lahir dari keluarga kaya dapat Sekolah tinggi. Orang miskin sepertinya mana mungkin bisa bermimpi. Keinginan itu pun Keti pendam sendiri dari lubuk hati. 

Sang Ibu tak mungkin bisa mengabulkan itu semua. Sekolah itu membuang banyak duit sedangkan sang ibu menyuruhnya bekerja keras agar dapat duit banyak bukan sebaliknya.

Setelah kejadian itu Keti memilih diam dan tak lagi membujuk Ibunya untuk mewujudkan permintaan. Keti tak ingin berdebat dengan sang ibu. Jika Ibunya marah, sang ibu akan mengurungnya ke dalam kamar. Sang ibu akan lama membukanya meskipun Keti sudah menangis, suara tangisnya tak digubris. Setelah 24 jam kiranya pintu kamar Suketi baru akan dibukakan.

Keti lebih tahu keadaan sang Ibu, beliau tidak akan mampu menyekolahkannya seperti anak-anak lain yang biasa lewat di halaman rumah. Mak Yah lebih mengutamakan untuk membeli beras. Karena yang terpenting kebutuhan sehari-hari tercukupi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun