Mohon tunggu...
Aksara Sulastri
Aksara Sulastri Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance Writer Cerpenis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lewat aksara kutuliskan segenggam mimpi dalam doa untuk menggapai tangan-Mu, Tuhan. Aksarasulastri.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pandangan Luas tentang Arti Bijaksana

16 Juni 2022   05:28 Diperbarui: 16 Juni 2022   05:33 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona


"Mengapa banyak perempuan yang menilai, seorang ibu dapat menerima anak laki-laki menjadi menantunya akan tetapi jarang sekali seorang ibu yang dapat menerima anak perempuan sebagai menantunya?"

Sebuah pertanyaan menohok yang sering saya tanyakan pada diri sendiri. Pertanyaan ini tiba-tiba muncul di dalam komentar status teman Facebook. Dan, jelas saja bukan hanya saya yang merasakannya tetapi perempuan yang sudah berumah tangga juga mengalaminya.

Jawaban yang diberikan oleh si pembuat status mampu membuat pandangan luas tentang arti bijaksana. Menjadi orang dewasa yang bijaksana dalam menyikapi masalah. 

Apalagi saya memiliki anak laki-laki yang nantinya jika dia sudah dewasa hidup berumah tangga, saya akan mengalami fase menjadi seorang ibu mertua. Di situlah saya akan mengetahui jawabannya. Setelah mengalami menjadi seorang ibu yang mencoba menerima menantu perempuan di rumahnya.

Apakah nantinya saya bisa menerima dengan baik atau sebaliknya? 

Saat ini saya masih dalam fase seorang perempuan yang menjadi menantu di rumah ibu suami. Pandangan saya mungkinkah atas dasar perbedaan kasih sayang yang mencolok ditujukan pada rasa sayang menantu dan ibunya sendiri dari anaknya.

Setiap kali masalah kecil yang timbul berkesan seperti tidak suka hal-hal yang dilakukan oleh anak perempuan sebagai menantu di rumahnya. Selalu ada yang kurang meskipun jarang dibicarakan sikap buruknya. Terkadang selalu serba salah dalam melakukan aktivitas.

Sampai-sampai anak laki-lakinya sendiri yang berkata pada ibunya, jangan perlakukan menantu seperti pembantu tetapi perlakukanlah seperti anak sendiri dan bersikap adil. 

Mendengar ucapan itu seorang ibu akan berpikir, anaknya justru membela menantunya. Karena sebenarnya anaknya sedang bersikap bijaksana, jika benar dia akan membela dan mempertahankan keutuhan rumah tangga. Terlebih dia sangat mencintai istrinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun