Ramadan tahun ini jauh dari ibu, tinggal bersama ibu mertua terasa sangat berbeda. Â Terkadang rindu akan perhatian sosok ibu sendiri.
Bersama ibu sendiri apapun yang saya inginkan bisa saya dapatkan. Sedih rasanya meninggalkan rumah ibu, terpaksa ibu tinggal sendirian tanpa anak. Sedangkan saya harus mengikuti keinginan suami.
Jika Ramadan bersama ibu, ibu saya akan menanyakan lauk apa yang ingin saya makan. Ibu akan membelikan bahan mentahnya dan saya yang akan memasaknya. Hati begitu senang tanpa ada kata kritikan pedas jika masakan saya terasa hambar ataupun kurang bumbu garam.
Di rumah ibu, saya bisa bekerja sama mulai dari pekerjaan rumah. Ibu mau mencuci piring, saya yang mencuci pakaian, menyapu dan mengepel. Banyaknya pekerjaan tak pernah membuatku merasa murung dan lelah. Rumah ibu, rumah yang selalu saya rindukan. Lengkapnya peralatan dapur menjadi mudah saat memasak.
Di rumah ibu selalu tersedia beras, deterjen pakaian dan sabun cuci piring. Saya yang tidak pernah merasa kuatir jika semua kebutuhan habis. Saya tidak ada rasa canggung untuk meminta. Karena di rumah ibu hanya ada saya, saya adalah anak ketiga yang tinggal bersamanya. Kakak kedua yang sudah menikah sudah tinggal dengan suaminya di Kota Tegal. Anak pertama ibu sudah tiada dengan anak terakhirnya. Terhitung empat bersaudara, dua masih hidup dan dua anak sudah tinggal di dalam Jannah.
Kini setelah Ramadan jauh dari Ibu dan tinggal bersama ibu mertua. Saya baru tahu arti kasih sayang sosok ibu yang sebenarnya. Di sini saya dipaksa untuk bisa menjadi sosok yang mandiri. Di sini saya harus ikhlas menerima. Menerima jika uang menipis, tak mungkin bisa meminta ibu mertua.
Yang biasanya saya senang melakukan pekerjaan rumah, selalu seperti terpaksa. Yah, saya merindukan sosok ibu saya. Tapi, apapun keadaannya saya harus belajar untuk bisa mandiri. Belajar untuk menjadi sosok ibu yang bisa diandalkan untuk anak dan suami. Belajar jika nanti memiliki rumah sendiri saya juga akan melakukan pekerjaan rumah sendiri. Tanpa ada bantuan dari siapapun kecuali sang suami.
Ramadan tahun ini, saya berusaha ikhlas menghadapi semua ujian dari Allah. Melayani kewajiban sebagai seorang istri. Meski terkadang suami menyuruh untuk memasak untuk semua penghuni rumah. Dan, mencuci piring seperti bekerja di rumah makan. Saya harus bersedia tanpa ada kata tidak.
Ramadan tanpa ibu, ramadan penuh sendu. Ramadan penuh kerinduan untuk ibu tercinta.
***
Pemalang, 3 April 2022