Mohon tunggu...
Rudy Santoso
Rudy Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Writer, Memoaris, Influencer, Property Advisor.

Rudy Akasara_Nusa Kota Malang - 1974_writer Penulis - memoaris - influencer - property advisor.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aroma Melati di Rumah Cempaka#1

1 Desember 2022   03:31 Diperbarui: 25 Desember 2022   21:07 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok pribadi
dok pribadi
***PART 1

*** Arwah Cewek Gentayangan Gantung Diri .

Kisah ini terjadi di era Tahun 90 an, ketika saya masih berusia 20 tahunan. Sebuah cerita misteri juga cerita horor yang saya alami bersama teman teman, sekumpulan pemuda dalam proses mencari jati diri saat itu. Selain aktivitas kita belajar waktu itu, begadang atau nongkrong di warung kopi atau di rumah salah satu teman menjadi rutinitas setiap malam. Saat begadang sampai pagi sering kali kita  menjumpai peristiwa horor, salah satunya kisah horor di rumah teman yang merupakan bangunan lama di Jalan Cempaka Kota Madiun.

Berawal dari nongkrong di rumah salah satu teman kita bernama Bagus, lokasi rumah teman ini berada di jalan Cempaka Madiun. Sering kali kita main dan begadang sampai pagi di rumah Bagus. Rumah dengan bangunan lama yang terlihat seram, rumah dengan bangunan lama yang terbagi menjadi dua bagian yaitu bangunan rumah belakang dan bangunan depan.

Sebagai pemuda yang baru lulus Sekolah Menengah Atas dan beberapa dari kita yang duduk di bangku Perguruan Tinggi, hobi nongkrong setiap malam menjadi rutinitas dan tidak pernah absen. Kami biasanya nongkrong di warung kopi depan stasiun, atau di dekat alun-alun dan kadang disalah satu rumah teman kita. Waktunya pun bergiliran dan kita tentukan berdasarkan kesepakatan bersama.

Kisahnya berawal dari saat kita begadang di rumah Bagus, kita berjumlah 6 orang yaitu Saya Raka, Bagus, Heru, Agung ,Edwin dan Novian. Malam itu berencana begadang di rumah Bagus dan kami sepakat berkumpul jam 21.00 WIB. Berawal malam itu kita mengalami  peristiwa horor, pada akhirnya  menjadi sebuah cerita yang tidak terlupakan.

Tepat pukul 21.00 WIB yang kita sepakati di awal, kami datang ke rumah Bagus dengan membawa perbekalan dari rumah. Menjadi kebiasaan saat begadang kita membawa gula, kopi, dan snack makanan ringan. Malam itu Bagus memberikan pilihan, begadang di rumah depan atau di rumah belakang. Kebetulan ke dua orang tua Bagus dan Om Hadi ada acara hajatan menginap di luar kota yaitu berada di kota Ponorogo, . Bagus sengaja mengajak teman-teman begadang di rumahnya, untuk menemani Bagus yang merasa takut jika berada sendiri di rumahnya.

"Bro, gimana enaknya? Begadang di rumah depan atau di pesanggrahan belakang?" Bagus bertanya sambil menyiapkan air untuk menyeduh  kopi.
"Ah, di depan aja bro. Enakan di rumah depan, dekat jalan raya!" Jawab Heru.
"Iya Gus, lebih baik di rumah depan. Karena gak mungkin mereka semua berani di rumah belakang." Aku menambahkan, sambil mengolok olok mereka.
"Yup, rasanya lain kalau dirumah pesanggrahan belakang. Biarkan Raka sendiri kalau mau begadang di rumah belakang!" Jawab Edwin, sambil mengisap rokoknya.

Bukan menjadi rahasia lagi buat kita, rumah Bagus di belakang memang sedikit angker. Rumah peninggalan Almarhum kakek Bagus terkenal seram, karena semua barang antik dan keris peninggalan kakek Bagus tersimpan dalam almari di rumah pesanggrahan belakang. Jadi memang rumah belakang mengandung aura horor, kita semua tidak asing lagi mendengar cerita itu
"Baik, karena keputusan bersama yang sudah kita sepakati, lebih baik kita begadang di rumah depan saja." Bagus memecah keriuhan mereka.
"Kalau aku sih, kemana saja ikut. Jangan lupa tuan rumah seperti biasa, pastikan tamunya tidak kelaparan aja! hehehehe." Heru menambahkan, tersenyum sambil tangannya mencomot gorengan di atas meja.
"Eh, lebih baik kita main kartu saja deh. Sambil nunggu kopi kita di seduh ya!" Novian mengajak mereka bermain kartu.
"Ayo, segera bagi kartunya. Cari buku sama pulpen untuk catatan siapa yang menang atau kalah!" Agung antusias menyambut usul Novian.
"Iya main saja deh. Sementara Raka sama Bagus menyiapkan logistic agar kita kuat begadang. hahahaha." Edwin mengusulkan sambal tertawa.

Aku dan Bagus menyeduh kopi dan memasak mie goreng, sementara mereka bermain kartu di ruang tamu rumah depan. Selang beberapa saat tercium aroma melati yang wangi menyengat, bersama angin semilir berhembus ke dalam rumah depan.

"Hmm, mulai deh. Gus, kayaknya yang di rumah belakang nimbrung ke depan." Celotehku dengan isyarat ke Bagus. Karena aku merasakan hembusan angin bersama satu sosok bergaun putih berkelebat melewati mereka berdua  dan masuk ke ruang depan, tempat teman-teman bermain kartu.
"Iya biasa bro. Raka tahu sendiri rumah belakang seperti apa sosok penghuninya." Jawab Bagus yang terbiasa dengan hal seperti ini.
"Bro, yang berkelebat pakai bergaun putih kayaknya lain dari bisanya. Sedikit wangi dan menggoda, bukan dari  komunitas  penghuni barang antik peninggalan kakekmu!" Raka menjelaskan lebih detil, karena di feeling nya merasakan lain dan melihat jelas sosok bergaun putih itu seorang perempuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun