Negara Korea terbagi menjadi dua, Korea Selatan dan Korea Utara. Keduanya sama-sama memakai bahasa Korea. Tapi, apakah sama saja atau ada perbedaan kedua bahasa dari negara di Semenanjung Korea tersebut?
Sebelumnya, di bawah ini ada latar belakang mengapa Korea bisa terpecah menjadi dua.
Latar Belakang Putusnya Korea Utara dan Selatan
Saat terjadinya civil war atau Perang Saudara Korea pada 1950 hingga 1953, Korea terbagi menjadi dua bagian. Korea Utara dan Korea Selatan yang masing-masing menganut paham yang berbeda pula. Korut dengan komunisnya dan Korsel dengan liberalisnya. Tentunya ini berdampak pada perbedaan bahasa di antara kedua negara karena perbedaan kebijakan.
Sedangkan, Korea Selatan terkenal dengan sifat keterbukaannya akibat berpaham liberalis. Ini disebabkan karena pada saat perang saudara berlangsung, Korea Selatan dibantu oleh Amerika Serikat.
Tentunya, itulah salah satu penyebab mengapa adanya sedikit perbedaan diantara bahasa Korea yang digunakan di kedua Negeri Ginseng tersebut.
Perbedaan Bahasa Korea Selatan dan Korea Utara
Sudah dijelaskan mengapa adanya perbedaan bahasa di kedua negara tersebut. Agar lebih jelas lagi, inilah perbedaan bahasa Korea di Korea Utara dan Korea Selatan.
Keaslian Bahasa
Korea Utara sempat berganti ideologi dari komunis ke Juche. Juche singkatnya adalah di mana menekan sebuah negara untuk mandiri. Perubahan ini menyebabkan Korea Utara lebih "antia sing". Dengan demikian, bahasa di Korea Utara bisa dibilang masih terjaga keaslian bahasanya yang mana merupakan serapan dari bahasa Mandarin. Sedangkan di Korea Selatan kebanyakan sudah tidak pernah digunakan lagi.
Adanya bahasa yang dipengaruhi bahasa Inggris.
Sebenarnya, bahasa yang digunakan di Korea Selatan dan Korea Utara masih bahasa yang sama. Bentuk dan kosakata dasar untuk bahasa kedua negara itu berasal dari sumber yang sama, yaitu sumber yang diluncurkan Perhimpunan Bahasa Korea (Korean Language Society) pada tahun 1936, yaitu (Romanisasi Korea Selatan: Sajeonghan Joseoneo Pyojunmal Moeum, Romanisasi Korea Utara: Sajnghan Chosn P'yojunmal Mom).
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, Korea Selatan mendapat uluran tangan dari Amerika Serikat saat berperang dengan Korea Utara. Civil War Korea yang berlangsung tiga tahun merupakan salah satu praktik persaingan pengaruh di antara negara komunis dan liberalis. Di saat Amerika membantu, tentunya negeri Paman Sam juga menanamkan nilai-nilai liberalis di wilayah atau negara yang ia bantu yang buntutnya meluasnya penggunaan bahasa Inggris.
Itulah alasan mengapa banyak bahasa Korea yang merupakan serapan dari Bahasa Inggris. Misalnya "Pink" jadi Ping-kheu, "Jus" jadi Juseu, "Body Lotion" menjadi Ba-di Ro-syeon dan lain-lain.
Perbedaan Dialek.
Dari Khazanah Antropologi 1, dialek merupakan variasi bahasa yang berbeda menurut pemakaian bahasa dari suatu daerah tertentu, kelompok sosial, atau kurun waktu tertentu. Sederhananya, dialek sama saja dengan logat. Di Indonesia sendiri, banyak sekali jenis dialek. Contohnya : Dialek Jawa Yogyakarta, Jawa Solo, dan Jawa Cirebon dan masih banyak lagi.
Begitupun kedua negara di Semenanjung Korea yang memiliki dialek yang berbeda. Pengucapan di Korea Selatan didasarkan pada dialek Seoul sedangkan pengucapan di Korea Utara didasarkan pada dialek Pyongyang.
Pada dasarnya, perbedaan pada kedua bahasa ini disebabkan karena adanya praktik perang dingin yang terjadi tahun 1947 sampai 1991. Masa menegangkan di mana kedua negara adidaya, Amerika Serikat dan Uni Soviet saling berebut wilayah untuk menanamkan hegemoni atau pengaruh masing-masing paham. Mereka memang tidak pernah berperang secara face-to-face, tetapi menggunakan negara lain sebagai boneka. Salah satunya negara di Semenanjung Korea ini.
Uni Soviet dan Amerika Serikat ikut andil dalam tewasnya lima juta orang lebih dalam Korea Civil War ini. Bahkan setelah Perang Dingin berakhir, kedua negara Korea ini masih dalam status gencatan senjata. Artinya, sampai detik ini Korea Selatan dan Korea Utara belum berdamai, masih dalam tahap berperang.