Mohon tunggu...
Riri Akrimah
Riri Akrimah Mohon Tunggu... -

menyukai travelling dan menulis. benci asap rokok dan pembohong. bermimpi menjadi fashion jurnalis dan bercita-cita menjadi penemu obat. selamat menikmati tulisan tentang kuliner, jalan-jalan, dunia kesehatan, fashion dan gaya hidup dari seorang mahasiswi magister farmasi yang pernah 'nyemplung' sebagai wartawan. semoga bermanfaat!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tidak Ada Alasan untuk Tidak Menulis

11 November 2010   12:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:41 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1289478338440933284

saat meliput kebakaran rumah penduduk di kab ogan ilir. mata kamera saya menangkap mimik kesedihan seorang bocah..

Sewaktu menjadi reporter junior dulu, di kepala saya selalu terngiang-ngiang ucapan seorang redaktur senior “Ide tulisan selalu bertebaran di sekitar kita. Tugas seorang wartawan lah untuk sensitif menangkapnya lalu menuangkannya menjadi tulisan yang menarik dan bermanfaat bagi pembaca,”. Sejak itu petuah tersebut selalu saya patri dalam hati.

Pada prakteknya? Awalnya sulit setengah mampus :D saya ingat betul di minggu pertama saya bekerja menjadi kuli tinta, bobot badan sampai turun 5 kg. Hanya dalam waktu 7 hari saja! Saya rasa rekor itu sulit ditandingi program diet manapun hehehe..

Setiap bangun tidur, meski lelah karena selalu pulang larut malam, benak saya sudah disibukkan oleh satu pertanyaan “Mau nulis apa saya hari ini? Cukup ga ya tiga berita,” Dengan masygul saya berangkat meliput, terkadang diantar oleh papa dengan motor kesayangannya (itulah hebatnya ayah saya, dari masa sekolah sampai sudah bekerja pun masih setia mengantar anak gadisnya)

Menjelang tengah hari, bisa dipastikan saya selalu deg-degan menanti deringan monofonik hape berlayar monokrom *duh jadulnya*.Saatnya melapor untuk listing berita. Meskipun sering baru menyetor satu berita, bos saya yang baik hati itu (apa kabar kak ojik?) jarang memarahi, malahan terkadang mengusulkan topik-topik yang bisa saya usut untuk menulis sebuah berita atau feature.

Lewat tengah hari, kalau belum juga ada berita turun dari langit, dengan kejamnya saya berharap semoga ada demo, kerusuhan atau bahkan kebakaran terjadi siang itu sehingga saya bisa menulis berita (tapi setelah lihai mencari ide, saya sudah insyaf kok hehehe). Setelah sampai di kantor pun, dengan tidak menghiraukan waktu makan, saya langsung berkutat dengan notes di depan layar monitor. Terkadang meracau sendiri seperti orang gila diselingi batuk-batuk akibat asap rokok yang pekat di ruangan AC.

Setelah selesai menulis, jangan harap bisa langsung leyeh-leyeh. Sabetan redaktur sudah menanti. Tulisan masih kurang panjang lah, nara sumber atau data kurang, bahkan ada saja redaktur yang iseng menelepon untuk ngobrol . Yang bikin senang kalo redaktur menelepon khusus untuk memberi apresiasi karena tulisan semakin bagus dan trengginas, nawarin janji untuk segera dipromosikan jadi asred, bahkan menawarkan untuk jadi calon istri hahahaha...

Dengan dorongan apresiasi dan stress deadline, semakin hari saya semakin terpacu untuk mengasah sensitifitas dan kejelian menjaring ide tulisan. Untuk hardnews siy lebih gampang, tinggal meramu data yang ada. Nah yang lebih sulit adalah membuat tulisan feature. Selain topik harus menarik, gaya tulisannya pun harus renyah dan enak dibaca. Bagi yang berjiwa pujangga nan puitis justru senang menulisnya dengan gaya lebay dan mendayu-dayu. Bagi saya pribadi, menulis feature adalah kesempatan untuk mengasah jiwa humanisme dan empati terhadap persoalan masyarakat.

Temanya bisa sangat beragam dan tak terbatas. Mau yang sedih dan trenyuh seperti topik kemiskinan, penyakit, bencana alam hingga musibah, tinggal melek saja ke sekeliling. Banyak persoalan hidup manusia Indonesia yang mampu mengundang miris dan rasa haru. Atau topik yang tak kalah menarik seperti beraneka macam hobi unik, wisata alam dan kuliner, fenomena tren yang sedang menjangkiti anak muda , hingga peristiwa yang aneh dan langka. Kalau saya siy, saat sedang kepepet atau butuh stok untuk memenuhi kuota tulisan, yang paling gampang ya bikin sosok profil unik atau kisah menarik mengenai tokoh terkenal. Untuk  itu dibutuhkan pertemanan dan jejaring yang luas. Makanya, wartawan dilarang sombong dan gak gaul!

Saat datang ke setiap acara atau kegiatan liputan apapun, mata harus selalu awas. Hampir selalu ada sosok atau fenomena yang menarik di situ. Beruntung, saya pernah mencatat rekor dengan ‘melahirkan’ empat tulisan dari mendatangi satu acara sajahJ

Di kegiatan semacam jambore para pengendara mobil VW dan skuter itu, saya mencoba dengan santai mendekati mereka dan akhirnya berhasil ‘menjaring ’ sesosok pria yang unik dan tunggangan yang unik pula. Meski sempat kikuk dan ragu-ragu, setelahnya dia malah antusias menceritakan kisah hidup plus pengalaman-pengalamannya yang menarik (silahkan klik link dibawah untuk membaca tulisan lengkapnya).

Tak puas dengan satu mangsa sahaja, berikutnya saya ‘kepincut’ seorang mas-mas rupawan berkulit putih *ini baru namanya ‘sambil menyelam sekalian mandi susu’ hehehe *. Ternyata dia adalah seorang wiraswasta yang gandrung dengan mobil VW antiknya. Dengan narasumber ini saya menghabiskan waktu dua kali lipat dari yang pertama hahaha :D

Lain waktu, saya pernah seharian meliput kecelakaan ringan sebuah pesawat di bandara. Karena lokasinya yang jauh dari mana-mana, otomatis ruang gerak saya dalam mencari berita lainnya menjadi terbatas. Untuk menjaring para penumpang yang lalu lalang pun sulit, karena sebagian besar mereka sedang terburu-buru atau keburu apatis saat ditanya-tanya wartawan.

Lalu tanpa sengaja, saya yang ingin cepat sampai di kantor terpaksa menyewa jasa supir taksi gelap. Awalnya saya kesal dan was-was dengan sikapnya yang sok akrab (saya satu-satunya penumpang di mobil tersebut). Tapi di tengah-tengah alunan ceritanya yang tak diundang itu, tiba-tiba terbetik ide untuk membuat tulisan feature tentang sosok supir genit namun baik hati ini. Akhirnya tak cukup satu tulisan, saya malah membuat tiga feature bersambung yang hanya menceritakan tentang dirinya dan kisah hidupnya tok!

Inti dari kisah saya berpanjang-panjang ria ini, sesungguhnya kehidupan di sekitar kita sangatlah menarik dan terkadang bertaburan hikmah. Bukan hanya untuk jadi ide tulisan, tapi juga renungan dan memperkaya batin *halah*.

Dan menulis adalah alat yang ampuh untuk memonumenkannya dan membaginya kepada orang lain. Selain itu, menulis juga bisa menjadi terapi dan refreshing saat kita tengah suntuk dan jenuh. Seperti saya saat ini, di awal proses menulis postingan ini saya tengah pusing 100 keliling setelah didera ujian dan tugas kuliah yang bertubi-tubi. Sekarang, saya justru senyum-senyum sendiri mengingat masa-masa yang mengasikkan saat masih menjadi wartawan. Jadi, menulislah untuk menghibur diri sendiri dan (semoga) menggugah orang lain hehehe...


http://portofoliotulisanriri.blogspot.com/2008/10/skuter-oh-vespa.html

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun