Mohon tunggu...
Akmal Husaini
Akmal Husaini Mohon Tunggu... Wiraswasta - suka menjaga kebersihan

kebersihan sebagian dari iman. Karena itulah jadilah pribadi yang bersih

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saatnya Menyembelih Bibit Intoleransi dan Kebencian Dalam Diri

16 Juli 2022   17:43 Diperbarui: 16 Juli 2022   17:50 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Toleransi - brainly.live

Setiap manusia pasti mempunyai sisi negative. Setiap manusia juga pasti mempunyai sisi positif. Lalu, mana yang lebih dominan diantara keduanya? PIlihannya ada di tangan kita sendiri. Ingin menjadi pribadi yang baik atau yang buruk. Salah satu persoalan buruk yang masih menjadi persoalan kita dan semua orang adalah persoalan intoleransi. Setiap orang mempunyai bibit intoleransi dalam dirinya. Setiap orang punya bibit kebencian dalam dirinya.

Pernah melihat orang selalu mengungkapkan kebencian dalam setiap status atau unggahan dalam sosmednya? Atau mungkin diantara kita juga sering melihat orang, teman, saudara atau tetangga kita yang selalu mempersoalkan kebijakan pemerintah yang dianggap tidak berpihak pada umat muslim. Atau ada seseorang yang selalu mempersoalkan mayoritas minoritas, sampai akhirnya berujung pada perilaku yang intoleran.

Mungkin diantara kita masih ingat tentang pembakaran masjid Ahmadiyah, oleh sekelompok orang yang mengaku muslim. Mungkin kita juga masih inget penyegelan gereja dan tempat ibadah lain, hanya karena informasi yang tidak jelas. Praktek semacam ini suka tidak suka masih terjadi hingga saat ini. Belum lagi dengan maraknya propaganda dan provokasi radikalisme di media sosial. Banyak membuat orang salah kaprah dalam memahami agama. Sampai banyak sekali orang yang dengan gampang mengkafirkan orang lain.

Bibit intoleransi ini semakin jadi jika diprovokasi dengan sentiment kebencian. Akibatnya, segala bibit negatif yang ada dalam diri ini akan berkumpul dan berpotensi mempengaruhi pola pikir kita. Dan itulah yang banyak terjadi saat ini. Anak mudah begitu mudah langsung menyalahkan, langsung marah, tanpa terlebih dulu melakukan cek dan ricek sebelumnya.

Bibit negatif tersebut harus dibuang, agar tidak terus mempengaruhi pola pikir. Mungkin diantara kita tidak sadar, banyak semuanya itu juga dipengaruhi oleh ego pribadi atau kelompok. Banyak yang merasa paling benar, paling suci dan segala macamnya. Perasaan 'paling' itu sama halnya dengan ego yang harus dihilangkan. Denga egoisme yang tidak terkendali, akan berujung pada perilaku yang intoleran. Dan sikap intoleransi ini, harus dikorbankan jangan dipelihara dalam diri.

Untuk bisa mengorbankan bibit negatif, maka kita harus membekali diri dengan literasi dan belajar ikhlas. Dalam konteks hari raya kurban beberapa waktu lalu, kita juga dituntut untuk belajar untuk ikhlas. Dengan belajar ikhlas, maka kitab isa belajar untuk saling menghargai dan menghormati. Orang yang tidak ikhlas, tidak akan bisa hidup berdampingan dalam harmoni. Yang terjadi adalah perselisihan, kebencian dan segala macamnya.

Praktek intoleransi di negeri ini murni sikap manusia yang dipenuhi denga kebencian. Tidak ada satu agama pun yang ada di bumi ini yang mengajarkan untuk intoleran. Semua agama justru menganjurkan saling toleran antar sesama. Mari terus tumbuhkah keikhlasan, agar kita bisa saing menerima perbedaan. Dan Indonesia, adalah negara yang penuh dengan berbagai macam perbedaan. Maka sungguh sangat tepat, jika dalam momentum hari raya kurban ini, kita belajar ikhlas agar bisa menghargai perbedaan. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun