Mohon tunggu...
Akmal Husaini
Akmal Husaini Mohon Tunggu... Wiraswasta - suka menjaga kebersihan

kebersihan sebagian dari iman. Karena itulah jadilah pribadi yang bersih

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Provokasi, Intoleransi dan Nasionalisme

21 Mei 2022   07:26 Diperbarui: 21 Mei 2022   07:31 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Damai Itu Indah - tribunnews.com

Provokasi demi provokasi terus bermunculan di media sosial. Provokasi yang muncul bisa dalam bentuk apapun. Dan terkadang, tidak sedikit dari masyarakat yang tidak paham, bahwa provokasi tersebut sengaja dimunculkan untuk membuat 'kegaduhan', penggiringan opini, atau kepentingan yang lain. 

Praktek semacam ini terjadi karena banyak sekali motifnya. Ada karena persoalan tidak suka dengan kebijakan pemerintah, karena tidak suka dengan kelompok tertentu, atau karena ada kepentingan terselebung lainnya.

Sadar atau tidak, provokasi dan ujaran kebencian ini telah melahirkan bibit intoleransi baru di sekitar kita. Tanpa disadari banyak diantara kita saling memutuskan hubungan, hanya karena tersinggung dengan pernyataan teman. 

Banyak diantara kita memutuskan tali persaudaraan, hanya karena perbedaan pilihan politik. Dan yang lebih ekstrim, bisa saling berseteru, saling caci, bahkan saling bunuh, hanya karena perbedaan keyakinan.

Menjadi tugas kita bersama di era sekarang ini, untuk berdampingan dalam keberagaman. 

Bayangkan, jika diantara kita hidup satu rumah, tapi sesama adik dan kakak, bisa tidak bertegur sapa hanya karena perbedaan pandangan atau yang lainnya. 

Jika praktek semacam ini terjadi dan dilakukan oleh banyak orang di berbagai daerah, tentu potensi perpecahan akan sangat terbuka. Beruntung Indonesia punya nilai-nilai kearifan lokal, yang bisa merekatkan keberagaman tersebut.

Sayangnya, kelompok intoleran terus menyebarkan bibit intoleransi dengan berbagai cara dan kemasan. Seakan tidak ada liburnya, provokasi, hoaks dan ujaran kebencian tersebut terus menyebar dan bisa kita saksikan hingga saat ini. 

Nah, jika kita tidak membekali diri dengan literasi yang bagus, tentu akan dengan mudah terprovokasi dan menjadi korban.

Lalu, bagaimana kita meminimalisir pengaruh dari provokasi dan penyebaran bibit intoleransi? Tentu saja kita harus memperkuat pemahaman agama yang benar. 

Karena agama seringkali digunakan tameng oleh kelompok intoleran, untuk mencari dukungan. Pemahaman agama juga seringkali direduksi, sehingga banyak orang yang kebingungan dalam memahami agama. Perlu juga memahami tentang nilai-nilai nasionalisme, agar kita tidak lupa dengan sejarah bangsa ini.

Ingat, Indonesia dibangun diatas keberagaman. Jauh sebelum Indonesia berdiri menjadi sebuah bangsa, keberagaman itu sudah ada. Ketika Islam masuk ke tanah Jawa melalui Wali Songo, masyarakat Jawa waktu itu sudah sangat majemuk. Dari sisi keyakinan saja, masyarakat sudah ada yang memeluk Hindu, Budha dan aliran kepercayaan. 

Namun masyarakat bersikap terbuka terhadap Islam. Dalam perjalanannya Islam berkembang menjadi agama yang paling banyak dianut oleh masyarakat Indonesia. Meski demikian, Islam tidak pernah menghilangkan budaya atau agama yang telah ada. 

Yang terjadi justru terjadi akulturasi dan jejaknya masih bisa kita lihat dan rasakan hingga saat ini.

Jika ada orang mengaku muslim, tapi justru bersikap bertentangan dengan ajaran Islam, lebih baik hiraukan saja. Kita harus mulai bisa memilih dan memilah informasi yang berkembang. Jangan semuanya ditelan mentah-mentah, ternyata informasi tersebut bohong alias hoaks. 

Mari kita menjadi generasi yang cerdas, yang selalu cek ricek setiap informasi dan terus membekali diri dengan ilmu pengetahuan serta literasi yang kuat. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun