Mohon tunggu...
Akmal Husaini
Akmal Husaini Mohon Tunggu... Wiraswasta - suka menjaga kebersihan

kebersihan sebagian dari iman. Karena itulah jadilah pribadi yang bersih

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Merenungkan Substansi Dakwah yang Menyejukkan

5 Desember 2020   21:41 Diperbarui: 5 Desember 2020   21:44 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Toleransi - radarrepublika.com

Belakangan banyak orang membicarakan tentang materi dakwah Rizieq Shihab, yang dianggap tidak santun. Sebagai seseorang merupakan keturunan Nabi, banyak yang menyayangkan kenapa cara dakwahnya tidak dilakukan secara santun seperti yang telah diajarkan oleh para Nabi. Dalam konteks Indonesia, pola dakwah santun sebenarnya juga diajarkan oleh para wali yang dikenal dengan sebutan wali songo. Bahkan para wali ini melakukan dakwah dengan pendekatan budaya, musik, wayang dan sebagainya. Tidak ada sedikit pun unsur cacian, makian, provokasi, atau saling menjelekkan. Yang terjadi justru Islam mampu berakulturasi dengan agama dan budaya yang sudah ada sebelumnya.

Itulah kenapa budaya bangsa Indonesia sebenarnya sangat kaya. Keragaman yang ada di Indonesia menjadi sebuah kekayaan yang tak ternilai, karena antar keyakinan dan budaya bisa saling berakulturasi satu dengan lainnya. Dan jejaknya masih bis akita lihat di bangunan seperti candi, gereja, masjid dan tempat ibadah lainnya. Apa yang bisa kita jadikan pembelajaran? Dari dulu kita sudah berbeda. Dan dari dulu pula kita bisa hidup berdampingan dalam keberagaman.

Seiring berjalannya waktu, seringkali banyak orang yang mempertentangkan keberagaman yang ada di negeri ini. Beberapa ormas keagamaan muncul dengan merasa paling benar, menilai keberagaman itu bertentangan dengan kenyataan mayoritas penduduk Indonesia yang memilih menjadi muslim. Karena itulah semuanya harus didasarkan pada hukum Islam. Bahwa Indonesia dikenal dengan penduduk muslim terbesar di dunia, itu merupakan fakta yang tidak bisa dibantah. Namun apakah Indonesia merupakan negara Islam? Tentu tidak. Faktanya, Indonesia tidak hanya mengakui Islam, tapi juga mengakui agama-agama yang lain seperti Katolik, Protestan, Hindu, Budha, dan Konghucu.

Munculnya kelompok yang selalu mengatasnamakan agama ini, pada dasarnya tidak menjadi persoalan. Namun akan menjadi persoalan jika kelompok ini seringkali menyuarakan kebencian terhadap pihak-pihak lain yang dianggap tidak sejalan. Belakangan publik banyak membicarakan tentang FPI. Ormas pimpinan Habib Riziq Shihab ini oleh sebagian orang dianggap meresahkan. Karena ucapannya seringkali disertai kebencian dan provokasi.

Semestinya, keturunan Nabi, atau tokoh agama siapapun, bisa mengikuti jejak dakwah Rasulullah SAW. Dalam berbagai literatur disebutkan, setidaknya ada 2 metode dakwah yang dilakukan. Yaitu itu metode dakwah periode Makkah dan periode Madinah.  Dalam periode Makkah, substansi yang sering dibahas seputar pelurusan akidah, perbaikan akhlak masyarakat, persamaan hak dan kewajiban dalam Islam, serta pelurusan terhadap tradisi jahiliyah yang menyimpang.

Sementara untuk periode Madinah, substansi dakwah Rasulullah SAW lebih berkaitan dengan tata Kelola dunia. Masalah muamalah banyak ditekankan, karena di era ini masyarakat muslim mulai membangun komunitas bersama yang kemudian disebut sebagai negara. Dan dalam membangun negara, Rasulullah mengajarkan prinsip peri kemanusiaan, musyawarah, persatuan Islam dan persaudaraan Islam. Karena itulah penduduk Madinah yang non muslim pun, juga diajak untuk membangun negara Madinah yang kemudian membuat kesepakatan bersama 'Piagam Madinah.

Mari kita renungkan bersama. Selesaikan persoalan diri sendiri dulu, baru selesaikan persoalan bersama. Jika dalam diri kita masih suka saling membenci, maka kita akan sulit mengikuti apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Semoga bisa jadi renungan bersama. Salam literasi salam toleransi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun