Mohon tunggu...
Akmal Husaini
Akmal Husaini Mohon Tunggu... Wiraswasta - suka menjaga kebersihan

kebersihan sebagian dari iman. Karena itulah jadilah pribadi yang bersih

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ganti Bibit Sektarianisme dengan Solidaritas Kebangsaan

7 Maret 2020   10:18 Diperbarui: 7 Maret 2020   10:22 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.kompasiana.com/meryindri90/

 Berbicara tentang sektarianisme, mungkin kita tidak bisa melepaskan apa yang terjadi di negara timur tengah. Di kawasan timur tengah ini, seringkali antar negara saling seteru, yang mengakibatkan permusuhan tanpa akhir. Virus sektarianisme nampaknya terus merundung kawasan ini. Satu per satu negara di kawasan ini mengalami perpecahan. Konflik yang melatar belakangi pun bervariasi. Umumnya karena persoalan dalam negeri, melebar ke konflik agama dan terus terjadi.

Beberapa waktu lalu, India juga terjadi konflik sectarian antara umat Hinda dan Muslim setempat. Konflik karena dipicu lahirnya undang-undang di negera tersebut, yang dianggap mendiskriminasikan umat tertentu. Akibat undang-undang itulah, konflik antara mayoritas dan minoritas terjadi.

Di Indonesia, juga punya pengalaman yang sama. Konflik sektarianisme antar pemeluk agama pernah terjadi. Namun kita pernah melewati konflik tersebut, dan berakhir damai. Antar pihak saling introspeksi dan saling memaafkan satu dengan yang lain. Namun bukan berarti bibit sektarianisme itu hilang. Maraknya propanda radikalisme, ujaran kebencian dan hoaks yang dilakukan oleh pihak yang tak bertanggung jawab, bisa memicu lahirnya kembali bibit sektarianisme tersebut.

Indonesia adalah negara yang penuh dengan kemajukan. Keberagaman itu tidak hanya dari sisi bahasa, tapi juga adat istiadat ataupun keyakinannnya. Dan keberagaman itulah yang bisa berpotensi memicu terjadinya konflik, jika tidak dirawat dengan baik. Di tahun politik kemarin saja, potensi konflik itu nyaris muncul kembali karena maraknya provokasi kebencian.

Bahkan, apa yang terjadi di timur tengah atau negara-negara yang sedang berkonflik, seringkali dibawa ke Indonesia dan dihembuskan sentimen keagamaan atau SARA. Akibatnya, masyarakat yang tingkat literasinya rendah mudah terprovokasi. Toleransi yang ada berubah menjadi intoleransi dan persekusi. Keramahan berubah menjadi amarah membabi buta. Saling menghargai berubah menjadi saling menghakimi. Pada titik inilah bibit sektarianisme akan muncul dan membawa bibit negative lainnya.

Untuk itulah perlu kiranya kita bersikap arif dan bijaksana dalam menyikapi setiap informasi dan dinamika yang terjadi. Kembali pada budaya lokal dan mengimplementasikan kearifan lokal, menjadi penting dilakukan. Karena budaya lokal terbukti mampu meredam segala pengaruh buruk yang mempengaruhi negeri ini. Dan salah satu budaya lokal itu adalah menjaga solidaritas kebangsaan, persatuan, toleransi dan saling tolong menolong antar sesama

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun