Mohon tunggu...
Akmal Husaini
Akmal Husaini Mohon Tunggu... Wiraswasta - suka menjaga kebersihan

kebersihan sebagian dari iman. Karena itulah jadilah pribadi yang bersih

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Membumikan Pancasila di Era Milenial

22 September 2019   23:18 Diperbarui: 23 September 2019   00:20 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak Muda Pengawal Pancasila - jalandamai.org

Bagi anak-anak milenial, mungkin terasa berat jika mendengar Pancasila. Apalagi jika mendiskusikan tentang sila-sila Pancasila. Belakangan, Pancasila seringkali dipertentangkan oleh kelompok intoleran, karena dianggap tak sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim.

Pancasila dianggap sesat, produk barat, tidap perlu disembah, tidak perlu diyakini, dan mungkin masih banyak lagi anggapan negatif tentang Pancasila.

Padahal, Pancasila terdiri dari sila-sila yang berasal dari kearifan lokal masyarakat Indonesia. Dan tidak ada satupun kearifan lokal di Indonesia, yang mengajarkan tentang kebencian ataupun perpecahan. Bahkan, masyarakat pedalaman di Papua pun, mengenal upacara bakar batu, untuk saling meminta maaf setelah terlibat konflik antar suku.

Jika masyarakat pedalaman masih memegang prinsip kearifan lokal, masyarakat yang tinggal di perkotaan yang lebih melek informasi dan teknologi, semestinya tidak melupakan kearifan lokal.

Ketika Pancasila dianggap tidak sesuai dengan perkembangan zaman, yang diusulkan justru konsep khilafah, yang jelas-jelas tidak sesuai dengan budaya bangsa Indonesia. Sementara Pancasila, yang sejak tingkat SD selalu kita hafal, justru dianggap tidak sesuai.

Karena itulah, terus membumikan Pancasila agar tidak sebatas hafalan, menjadi penting untuk dilakukan di era milenial ini.

Mengenalkan Pancasila sejak dini, harus dilakukan oleh semua pihak. Mulai dari tingkat keluarga, pendidikan anak usia dini (PAUD), hingga ke jejang perguruan tinggi. Hal ini penting karena bibit radikalisme dan intoleransi juga telah disusupkan dari level PAUD hingga perguruan tinggi.

Dimana logikanya, buku bacaan level PAUD sudah diajarkan tentang jihad yang salah. Bagaimana mungkin aktifitas ekstra dari tingkat SMP, SMA hingga perguruan tinggi, juga seringkali dijadikan sebagai ajang untuk menyebar radikalisme. Karena inilah fakta yang pernah terjadi di sekitar kita.

Pada titik inilah, penting untuk terus mengimplementasikan Pancasila baik itu dalam setiap ucapan ataupan perilaku. Orang tua harus memberikan contoh kepada anak-anaknya. Begitu juga dengan guru ataupun dosen, harus memberikan contoh kepada anak didiknya.

Jika Pancasila dianggap tidak sesuai dengan syariat Islam, pendapat itu jelas tidak benar. Karena sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan bukti bahwa Pancasila juga mengadopsi nilai-nilai keagamaan.

Jika kita taat beribadah, jika kita bertutur secara baik, berperilaku tidak menyakitkan, mengedepankan kepentingan yang lebih banyak, menghormati yang lebih tua, atau aktifitas positif lainnya, secara tidak langsung kita sudah mengimplementasikan nilai Pancasila dalam keseharian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun