Mohon tunggu...
Akmal Husaini
Akmal Husaini Mohon Tunggu... Wiraswasta - suka menjaga kebersihan

kebersihan sebagian dari iman. Karena itulah jadilah pribadi yang bersih

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Saatnya Jadi Negarawan, Hentikan Saling Membenci antarsesama

22 Mei 2019   00:14 Diperbarui: 22 Mei 2019   00:45 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Komisi Pemilihan Umum (KPU) akhirnya menyelesaikan tugasnya melakukan penghitungan secara manual, kotak suara pemilihan presiden dan wakil presiden serta legislative. KPU menyatakan pasangan calon 01 lebih unggul dibandingkan pasangan calon 02. Beberapa jam kemudian, kedua paslon melakukan pernyataan pers. 

Yang satu bersyukur dan berjanji akan menjalankan amanah yang diberikan, dan yang satunya memutuskan menolak hasil dari KPU dan menyatakan akan melakukan proses hukum ke Mahkamah Konstitusi. Sore harinya, para pendukung paslon 02 mulai memadati gedung Badan Pengawas Pemilu. Unjuk rasa damai tersebut akhirnya berhasil dibubarkan setelah melakukan shalat tawarih di depan gedung Bawaslu. Mereka berjanji akan kembali lagi keesokan harinya, pada 22 Mei 2019.

Sebelumnya, pendukung paslon 02 berjanji akan melakukan people power 22 Mei 2019, untuk merespon hasil dari KPU. Pengerahan massa secara besar-besaran tersebut, nampaknya menarik perhatian para kelompok jaringan terorisme di Indonesia. Jaringan teroris ini nampaknya ingin memanfaatkan keriuhan politik di Indonesia. 

Mereka mulai keluar, dan akan melakukan aksi terornya tepat pada tanggal 22 Mei 2019. Narasi yang dibangun selama ini adalah pemilu dilakukan penuh kecurangan, dan polisi yang melakukan penjagaan, masih akan menjadi sasaran bagi kelompok terorisme ini. Beruntung Densus 88 berhasil mengendus gelagat tak baik ini, dan mulai menggagalkan rencana peledakan bom di Jakarta.

Pertanyaannya, sadarkah para elit politik ini bahwa selama ini kelompok teroris sedang memantau dari jauh? Gelagat merapatnya kelompok radikal dan terorisme dalam urusan politik ini, sebenarnya sudah terlihat pada pilkada DKI Jakarta beberapa waktu lalu. Kedekatan kelompok radikal dengan oknum elit politik semakin menguat hingga pilkada serentak dan pilpres ini. Entah siapa yang memanfaatkan, kenyataannya keduanya saling mendompleng. Beberapa tokoh pendukung paslon 02 mulai ditetapkan tersangka atas dugaan makar.

Apalagi, setelah polisi menetapkan salah satu purnawirawan tentara sebagai tersangka dalam kasus penyelundupan senjata illegal, mulai ada benang merah. Senjata tersebut diduga akan digunakan untuk kepentingan 22 Mei 2019. Sebelumnya, polisi juga sudah menangkap puluhan jaringan teroris yang akan merapat ke Jakarta. Polisi juga mulai menangkap para pelaku penyebar ujaran kebencian. L

alu, seperti inikah yang kita inginkan? Ingat, saat ini mayoritas penduduk Indonesia masih sedang menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan. Urusan politik semestinya tidak sampai mengotori bulan yang suci ini.

Mari kita renungkan kembali. Siapapun kita, jadilah negarawan untuk negeri ini. Jangan rusak negeri ini hanya karena kebencian yang tak terkendali. Kita semua adalah makhluk Tuhan. Jangan lagi saling bertikai antar sesama. Tuhan menganjurkan kepada kita untuk saling mengenal, bukan saling bermusuhan. Tuhan menganjurkan untuk saling membantu antar sesama, bukan saling menebar kebencian. Karena itulah, hentikan kebencian atas dasar apapun. Sekali kita memelihara kebencian, maka bibit radikalisme, intoleransi dan terorisme akan sangat mudah memasuki ke dalam tubuh.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun