Mohon tunggu...
Akmal Husaini
Akmal Husaini Mohon Tunggu... Wiraswasta - suka menjaga kebersihan

kebersihan sebagian dari iman. Karena itulah jadilah pribadi yang bersih

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pers Era Milenial Harus Komitmen Melawan Hoaks dan Kebencian

15 Februari 2019   07:42 Diperbarui: 15 Februari 2019   08:47 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertanyaan sederhana, kenapa hoax dan kebencian harus dilawan? Karena hoax dan ujaran kebencian adalah bagian dari perbuatan bohong yang tidak dibenarkan oleh agama apapun. Dalam agama Islam misalnya, justru mengajarkan tentang pentingnya menjaga toleransi antar umat beragama. 

Dianjurkan untuk saling mengenal satu dengan yang lain, karena Tuhan menciptakan manusia saling berbeda. Sementara itu, dalam nilai-nilai kearifan lokal yang dianut oleh suku-suku yang ada di Indonesia, juga tidak ada yang menganjurkan saling membenci dan menebar kebohongan. 

Bahkan, semua suku yang ada menganut budaya gotong royong antar sesama. Lalu, kenapa hoax dan kebencian masih terus beredar dan mempengaruhi masyarakat?

Faktanya, peredaran hoaks dan ujaran kebencian memang semakin mengkhawatirkan. Apalagi di tahun politik ini, begitu kuat sekali. Bahkan, permintaan hoax dan kebencian itu seringkali datang dari oknum politik. Pengakuan ini seringkali diungkap oleh media mainstream melalui berbagai liputan investigasinya. 

Namun, keberhasilan media mainstream mengungkap praktek produksi hoax dan kebencian ini, tetap tidak mengurangi peredaran hoax dan ujaran kebencian. Media sosial terus dihiasi berita bohong dan ujaran kebencian. Dan ironisnya, masih saja ada orang mempercayai kebohongan itu menjadi sebuah kebenaran, hanya karena dikatakan oleh tokoh tertentu.

Pers harus terus menjaga independensinya di tahun politik ini. Pers juga tetap harus mengedepankan objektivitasnya, dalam memberitakan sebuah peristiwa. Jangan lagi ada informasi yang sifatnya tendensius. 

Memang, para pemilik media di Indonesa saat ini, tidak bisa dilepaskan dari berbagai kepentingan politik. Itulah kenapa ada beberapa media yang memang cenderung berpihak kepada elit politik tertentu. 

Disisi lain, ada banyak ribuan portal online baru terus bermunculan.  Pada tahun 2017 saja, Dewan Pers mencatat ada 1.755 situs berita. Jumlah yang sangat fantastis. Namun pada 2018 lalu, Kemenkominfo menyebut total berita online di Indonesia meningkat drastis menjadi 43 ribu. Ironisnya, dari ribuan tersebut, hanya 100 portal yang terverifikasi. Kebanyakan dari portal tersebut seringkali menebar hoax dan ujaran kebencian.

Pada titik inilah pers harus mulai berpikir ulang. Kemunculan portal online yang begitu besar, ditambah dengan media sosial yang sudah mulai dijadikan rujukan informasi oleh sebagian orang, akan berdampak makin banyaknya masyarakat yang terprovokasi hoax dan kebencian. 

Karena itu, media mainstream jangan terlalu larut pada kepentingan politik, karena ada yang jauh lebih penting. Yaitu memberitakan pesan-pesan damai, pesan inspiratif, dan pesan yang mendidik seluruh khalayak. Media mainstream harus tetap menjadi rujukan utama. Jangan biarkan kepercayaan publik terhadap media mainstream turun, hanya karena kebijakan redaksinya mendukung kepentingan elit politik tertentu.

Tantangan pers di era milenial ini memang tidak mudah. Selain harus bersaing untuk bisa survive di era kemajuan teknologi, pers juga harus menjaga kredibilitas dan objektivitasnya diantara kepungan hoax dan ujaran kebencian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun