Mohon tunggu...
Akmal Husaini
Akmal Husaini Mohon Tunggu... Wiraswasta - suka menjaga kebersihan

kebersihan sebagian dari iman. Karena itulah jadilah pribadi yang bersih

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kampus Harus Melahirkan Generasi Toleran

21 Oktober 2017   08:21 Diperbarui: 21 Oktober 2017   10:11 1024
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Toleransi Harga Mati - http://donnysubagus.blogspot.co.id

Indonesia dikenal sebagai negara yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi. Dalam tradisi budaya yang ada, dalam aturan hukum, dan dalam nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, menegaskan tentang pentingnya menjaga toleransi. Hal ini penting karena Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat keberagaman yang sangat tinggi. Masing-masing suku dari Aceh hingga Papua, mempunyai tradisi dan adat istiadat yang berbeda. Mereka juga menganut agama yang berbeda, bahkan bagi masyarakat yang masih tinggal di pedalaman, mungkin masih ada yang menganut aliran kepercayaan. Mereka semua adalah warga negara Indonesia, yang wajib mendapatkan perlakuan yang sama.

Keberagaman itu juga tercermin dalam kampus-kampus yang ada Indonesia. Mahasiswa dan mahasiswi yang menuntut ilmu di kampus, berasal dari mana-mana. Di dalam kampus, mahasiswa harus berinteraksi dengan mahasiswa dari mana-mana. Dalam interaksi tersebut, tentu dituntut untuk saling memahami perbedaan yang ada. Pada saat yang sama, mahasiswa juga seringkali harus belajar banyak hal ketika aktif dalam organisasi intra kampus. Dalam proses inilah, ternyata seringkali dimanfaatkan untuk menyusupkan kepentingan-kepentingan tertentu. Salah satunya adalah kepentingan kelompok radikal, untuk menyusupkan paham radikal di kalangan mahasiswa dan dosen.

Mungkin terlihat menyeramkan, atau sudah dipercaya. Apa benar kampus sudah disusupi paham radikalisme? Ketidakpercayaan ini mungkin masuk akal, karena belum ada tindakan yang mengkhawatirkan. Namun, jika kita berpikir tindakan itu akan terjadi jika ada pemikiran, mungkin kita akan melihat ideologi radikal keagamaan ini menjadi hal yang sangat mengkhawatirkan. Banyak mahasiswa yang sudah terpapar radikalisme, memilih menjadi intoleran dan berani melakukan jihad dengan cara kekerasan. Mulai dari persekusi, melakukan tindak kekerasan, hingga melakukan aksi bom bunuh diri. Semua itu tidak akan terjadi jika tidak ada niat dalam pikiran. Untuk itulah segala bentuk pemikiran radikal harus diluruskan sejak dari dalam pikiran itu sendiri.

Mari memupuk toleransi sejak dari dalam pikiran. Jika dari dalam sudah toleran, maka output dalam bentuk perkataan dan perilaku diharapkan juga akan toleran. Ingat, mahasiswa dan mahasiswi adalah generasi penerus bangsa, yang kelak akan menduduki posisi penting. Ada yang menjadi politisi, praktisi, ilmuwan, PNS, ataupun posisi penting yang lain. Jika posisi-posisi itu nanti diduduki oleh mahasiswa yang memiliki pemikiran radikal, maka akan semakin sulit lagi untuk mencegahnya. Itulah kenapa, perlunya melakukan pencegahan secara dini. Jangan biarkan para generasi penerus ini terpapar radikalisme, sejak duduk di bangku pendidikan.

Deklarasi anti radikalisme yang dilakukan beberapa kampus akhir-akhir ini, diharapkan sebagai titik awal, untuk memberantas bibit radikalisme di dalam kampus. Perguruan tinggi harus mempunyai anti virus, untuk bisa menangkap penyebaran virus radikal ini. Jika ditemukan ada gejala-gejala yang mengarah pada penanaman ideologi radikal, harus secepatnya diambil tindakan pencegahan. Perguruan tinggi dan organisasi intra kampus, harus bergandengan tangan untuk terus menyuarakan toleransi dan nilai-nilai kebangsaan. Penguatan nilai toleransi harus dilakukan dalam berbagai hal. Tidak hanya dalam praktek belajar mengajar, tapi juga dalam pergaulan dan aktifitas di dalam kampus. Diharapkan bibit radikalisme itu akan tergerus oleh penguatan nilai toreransi di dalam kampus.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun