Mohon tunggu...
Akil Wasa
Akil Wasa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Author - Director - Script Writer

IG : @akilwasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sandi Baiduri : Dewa Mabuk Mbahmu

9 Januari 2017   09:21 Diperbarui: 13 September 2017   16:42 1124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pukul 10 malam waktu itu. Jalanan sepi, dan hujan seketika berhenti. Hembusan angin tidak terlalu kencang tapi cukup terasa menusuk tulang. Sandi dan Riko baru saja menuntaskan sebuah kasus misteri di rumah seorang kolektor barang antik di kawasan Pasar Beringharjo. Dalam perjalanan pulang, mereka di hadang oleh dua orang mabuk. Sandi yang mengemudikan vespa langsung menurunkan gas dan mematikan mesin.

“Stop. Stop. Stop” ujar kedua pemabuk itu sambil merentangkan tangannya.

Badan mereka besar dan bertampang sangar. Mulutnya bau, seperti orang tidak pernah sikat gigi. Matanya merah kuat, terlihat sekali kalau sedang dalam mabuk berat. Tangan mereka masing-masing memegang senjata tajam. Yang satu memegang parang, satunya lagi memegang clurit. Badannya berusaha berdiri tegak dari langkah yang terhuyung-huyung.

“Hey, beri kami uang. Kalau tidak, kami ambil sendiri di dompet kalian” kata si pemabuk yang memegang parang.

Riko mendadak ketakutan. Jantungnya berdetak kencang. Keringat dingin perlahan keluar dari pori-pori kulitnya. Lain halnya dengan Sandi, ia terlihat santai dan senyum-senyum sendiri.

“Bisa-bisanya abang memalak kami !. Abang tidak tau siapa kami ?” kata Sandi tenang.

Kedua pemabuk itu gelengkan kepala. Entah seperti merasa tertantang atau tersinggung batinnya, mata keduanya kini melotot tajam. Clurit dan parang di acungkan ke wajah Sandi dan Riko. Riko semakin ketakutan. Nyalinya berada di ujung tanduk. Hampir saja dia menyerahkan dompet beserta isinya namun dicegah Sandi. Berkata Sandi kepada Riko menggunakan bahasa dutch. “Rustig, ik weet hoe ik deze twee domme dronkaards gek. Helpen mij om te zeggen ‘ja’ of knikken.” (Tenang, aku tahu bagaimana cara mengelabuhi dua pemabuk bodoh ini. Bantu aku dengan mengucapkan ‘ya’ atau hanya sekedar mengangguk)

Sandi sengaja menggunakan bahasa dutch agar kedua pemabuk itu tidak faham dengan apa yang baru saja ia ucapkan. Selain itu, bahasa dutch adalah salah satu bahasa yang lumayan mereka kuasai.

“Hey, apa yang baru kau ucapkan itu ?. Coba ulangi sekali lagi” kata si pemabuk yang memegang clurit.

“Maafkan saya bang, tadi saya ngelantur. Sejujurnya, kami berdua juga sedang mabuk. Mungkin abang tidak percaya sebab kami tidak terlihat seperti orang mabuk. Itu semua karena kami berdua adalah dewa mabuk sejagat raya. Maka dari itu, saya sama sekali tidak habis fikir, berani-beraninya abang memalak kami”

“Ya, betul” sahut Riko.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun