Mohon tunggu...
Mudzakkir Abidin
Mudzakkir Abidin Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang suka menulis

Menulis adalah sumber kebahagiaan. Ia setara dengan seratus cangkir kopi dalam menaikkan dopamine otak. Jika kopi berbahaya jika berlebihan dikonsumsi, namun tidak dengan tulisan, semakin banyak semakin baik buat otak.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Tertipu Satu Gambar atau Video

26 Juni 2022   20:47 Diperbarui: 26 Juni 2022   21:27 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Asianparent

Mereka curang, saat orang miskin dengan pakaian lusuh dan tubuh dekil tertawa bahagia mereka mengabadikan momen itu dengan memotret si miskin tanpa ijin lalu menyebarnya di sosial media dengan caption "lihatlah, bahagia tak butuh uang".

Ada sebuah video pendek di Instagram di mana orang-orang Papua yang terdiri dari orang tua dan anak-anak duduk di sekitar pesawat kecil yang ingin lepas landas. Mereka tampak bahagia sekali menyaksikan pemandangan itu. Ada seorang anak kecil tersenyum lepas sambil mengajak orang lain untuk melambaikan tangan. Para netizen ramai mengomentari video itu dengan beragam komentar. Senang melihat kebahagiaan itu.

Tapi banyak di antara kita yang lupa atau tak tahu jika Papua termasuk dalam provinsi paling miskin bahkan berada di urutan pertama. Meski Papua adalah daerah yang kaya raya dengan alamnya, namun penduduknya rata-rata miskin, tak diperhatikan, terkebelakang, dan tak berpendidikan.

Kita terkadang tertipu oleh satu momen orang lain yang terabadikan oleh kamera. Lalu mengira orang itu selalu berada dalam momen tersebut. Mampirlah ke Instagram untuk melihat orang-orang (yang kelihatan) bahagia. Banyak yang iri. Padahal kita tahu, tak semua orang bisa bahagia terus. Satu momen dalam satu gambar atau video seseorang tak mewakili hidupnya.

Betapa banyak di antara kita orang yang pandai berkamuflase di sosial media. Lihatlah gayanya. Tasnya. Pakaiannya. Bergaya bak sosialita. Namun di luar jangkauan kamera, mereka harus tidur dalam kost yang sempit di ibukota, makan di warteg, dan orang tua mereka di kampung setengah mati banting tulang menafkahi sang anak.

Dalam frame lain, di lampu merah, badut tertangkap kamera tertunduk lesu. Lalu di-upload di sosial media dengan video diringi musik latar yang melankolis. Orang-orang berkomentar menunjukkan simpati. Padahal ketahuilah, orang yang berada dalam balutan boneka badut itu penghasilannya terkadang lebih banyak dibanding penghasilan rata-rata orang Indonesia.

Poin yang ingin saya sampaikan adalah: jangan tertipu oleh satu gambar atau satu video di satu momen. Bisa saja apa yang terlihat bukan itu yang fakta yang sebenarnya terjadi.

Seorang ibu mengalami rundungan di media sosial oleh netizen karena fotonya yang diambil diam-diam tanpa izinnya di bandara ketika ia meletakkan bayinya terbaring di bawah kursinya beralaskan tikar bayi. Padahal anaknya itu butuh tidur berbaring. Ia sudah menunggu berjam-jam di sana. Jadi tempat paling nyaman adalah di atas karpet bandara dibanding di atas kursi besi ruang tunggu.

Namun karena menghukumi "baik" (baca: prasangka baik) kepada orang lain adalah sesuatu yang baik, maka fokus saya adalah menghakimi orang lain secara buruk.

Saya ingin memberikan beberapa tips agar kita tak mudah memberikan penilaian buruk pada orang lain. Yaitu:
1. Kedepankan logika dibanding perasaan.
2. Dahulukan praduga tak bersalah dibanding prasangka buruk.
3. Lakukan tabayyun (konfirmasi kejelasan) terlebih dahulu untuk memahami secara jelas.
4. Jika tak mendapatkan informasi jelas, tak usah berkomentar. Sebab tak berkomentar tidak membuat Anda rugi sama sekali. Malah salah komentar menambah dosa.
5. Jangan mengabadikan privasi orang lain jika saja ia tak mengijinkan lalu di-upload di sosmed dengan bumbu tulisan negatif yang bisa mengundang bullyan online.
6.Pahami bahwa satu gambar, video, atau kondisi  seseorang tak mewakili orang itu seluruhnya.  

Sekian. Semoga bermanfaat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun