Mohon tunggu...
Mudzakkir Abidin
Mudzakkir Abidin Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang suka menulis

Menulis adalah sumber kebahagiaan. Ia setara dengan seratus cangkir kopi dalam menaikkan dopamine otak. Jika kopi berbahaya jika berlebihan dikonsumsi, namun tidak dengan tulisan, semakin banyak semakin baik buat otak.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Polemik Dalam Menentukan Awal Puasa

2 April 2022   09:49 Diperbarui: 2 April 2022   09:56 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Saya bukan dalam kapasitas mengomentari metode penentuan awal Ramadhan dan perbedaan awal Ramadhan yang terjadi di belahan dunia ini khususnya di Indonesia. Sebab semua sudah ada ahlinya. Insya Allah menurut saya yang benar dapat dua pahala, yang salah dapat satu pahala.

Tapi yang mau saya ceritakan adalah tentang keluarga dan teman-teman saya. Kebimbangan mereka yang sangat luar biasa.

Saya masih ingat ada teman yang bilang akan puasa hari Ahad, namun ternyata hari ini sudah puasa. Padahal ia sudah mengeluarkan dalil yang mendukung rencananya puasa hari Ahad mengikuti keputusan pemerintah.

Ada juga sebaliknya. Mereka bilang mau puasa hari Sabtu. Namun entah kenapa dia masih ngajak ngopi hari ini. Untung saya jawab kalau hal itu etis dan tidak sopan.

Yang paling parah adalah keluarga di rumah. Istri dan ipar-iparku. Semalam saat dalam perjalanan pulang dari Bulukumba, dalam mobil kami masih mengikuti hasil sidang isbat lewat HP. Saya mendengar semua sepakat jika puasanya hari Ahad.

Lalu semua berubah. Tentu atas ijin Allah. Saya mendengar istriku bangun entah jam berapa. Ia memasak. Menjelang shubuh saya yang hari Ahad baru puasa baru bangun. Saya tanya istriku mengapa ia tidak tidur. Ia bilang kalau habis makan sahur bersama ipar-iparku. What...!!

Saya kaget, padahal mereka semua sudah sepakat untuk mulai puasa hari Ahad. Saya seperti kena prank...
Lalu saya akhirnya sadar bahwa Allah Maha membolak-balikkan hati.

Tapi istriku?!! Apakah saya harus melarangnya puasa karena tidak minta ijinku? Terus terang saya merasa sangat bias, ia puasa sementara saya tidak. Ada perasaan untuk melarangnya. Namun sadar lagi bahwa puasa Ramadhan adalah kewajibannya kepada Allah melebihi kewajibannya kepada suami. Jadi ia tidak berhak taat kepadaku dalam urusan ini.

Jadilah saya sendirian yang makan pagi sisa sahur semalam. Makanannya dingin.

Jadi pelajaran bagi suami, bahwa kita berhak untuk memberikan pemahaman pada istri dan anak soal menentukan keyakinan selama belum waktunya dilakukan. Tapi kalau sudah yakin pada sesuatu dan ia melaksanakannya, tak berhak bagi kita semua untuk melarang istri atau anak pada hal yang mereka yakini berbeda dari kita.

Begitulah harusnya keluarga yang paham ilmu....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun