Mohon tunggu...
Mudzakkir Abidin
Mudzakkir Abidin Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang suka menulis

Menulis adalah sumber kebahagiaan. Ia setara dengan seratus cangkir kopi dalam menaikkan dopamine otak. Jika kopi berbahaya jika berlebihan dikonsumsi, namun tidak dengan tulisan, semakin banyak semakin baik buat otak.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gadis yang Menamatkan Hafalan dalam Tenda Pengungsian

4 Maret 2022   21:15 Diperbarui: 4 Maret 2022   21:16 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

*Kisah nyata seorang siswi Spidi .

Oleh Mudzakkir Abidin, Guru Spidi

Ini adalah kisah cinta Ince Juana dengan Spidi. Ia sudah mulai jatuh cinta sejak ia menginjakkan kaki di sini. Suasana, lingkungan, fasilitas sekolah yang menurutnya sangat mendukung.

Baginya, Spidi adalah pijakan terpentingnya untuk menapaki kesuksesan di masa depan. Bagaimana tidak, di sekolah inilah ia dapat menemukan banyak pelajaran-pelajaran penting untuk modal masa depan yang cerah. Baik itu dari segi agama mau pun dunia.

Ince merasa mimpinya menjadi seorang Alimah (berilmu), pewaris Nabi dari kalangan wanita bisa dimulai dari sini.

Ia menyakini para guru, kurikulum, fasilitas, dan media penunjang lainnya adalah hal terbaik yang pernah ia dapatkan dalam fase kehidupan pendidikannya.

Misalnya pada jurusan tarbiyah yang ia pilih sejak masuk di sini, memiliki guru-guru yang berkualitas sesuai yang ia harapkan. Ia bisa belajar nahwu Sharaf, ilmu kesukaannya dari guru-guru alumni Al-Azhar, universitas impiannya.

Para guru tersebut bukan hanya menginspirasinya secara akademik, namun juga akhlak dan teladan. Baginya, mendapatkan guru yang dapat ia jadikan sebagai role model adalah keistimewaan. Saat ia merasa banyak teman sebayanya kehilangan figur teladan baik dari orang-orang sekitar hingga mengalihkan dunia mereka pada dunia K-Pop, Hollywood, dan sejenisnya.

Ia percaya, tekadnya dan juga mimpi ayahnya padanya sebagai penghafal Al-Qur'an bisa terwujud di sini. Ia memiliki para ustadzah yang hebat dalam Tahfidz. Buktinya, ia sudah menghafal lebih dari separuh Al-Qur'an meski baru setahun lebih.

Namun awal tahun 2021 kemarin, ia harus menerima kenyataan jika sekolahnya tercinta meliburkan paksa para siswi. Demi menaati kebijakan pemerintah terkait wabah Covid. Padahal ia baru setahun lebih sedikit di sini.

Ia pulang dengan perasaan sedih, tapi tahu tak ada gunanya marah. Toh, ia yakin belajar bukan soal tempat, namun soal passion. Ia bisa belajar di mana pun jika semangatnya terus terjaga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun