Mohon tunggu...
Aki Niaki
Aki Niaki Mohon Tunggu... Freelancer - 63 years old ultra trail/ mountain runner with asthma and bronchitis, trail adventurer, everyday cyclist, frame designer and test rider.

SD Jakarta. SMP Bandung. SMA Cirebon. Tinggal di Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Ketergantungan yang Tak Mesti

4 November 2015   05:49 Diperbarui: 4 November 2015   07:12 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Entah siapa yg mulai tiba- tiba saja temanya menjadi ' berhenti merokok'. 

Didalam mobil berkapasitas empat- belas penumpang. Saat berhenti menunggu satu bus lain rombongan kami. Yang tengah dalam perjalanan kesalah- satu acara lari- berlari bersama beberapa teman bandung dan Jakarta. Saya dibarisan depan. Disebelah Kang supir tentu saja. Dan dua teman dibarisan belakang. 

Rupanya sang teman kami, yang wanita ini, seperti juga Kang supir dan satu teman disebelahnya adalah perokok. " Duh koq susahnya ya mau berenti merokok itu". 

Bersambung dengan kalimat- kalimat lain dari kedua teman yang lain. Kalimat- kalimat berbeda namun yang dimaksud adalah sama. Karena pertanyaannya juga ditujukan ke saya, tentunya saya tidak menyia- nyiakan kesempatan ini. Saya selalu penuh semangat untuk urusan satu ini.
Menjawab, menceritaan sebagian pengalaman saya. Dalam hal berhenti merokok. Dan mulailah saya dengan kalimat, " sehari tak kurang dari dua bungkus rokok berbeda merk". Dan bersambung dengan, "Satu kretek tanpa filter isi dua- belas. Dan," Satu lagi rokok putih, juga tanpa filter".

Dan.. tak ketinggalan saya sebut juga satu bungkus tembakau linting lima- puluh gram yang selalu saya kantongi. Yup, bukan jumlah yang sedikit.
Dan saya bersikeras bahwa merokok saya saat itu tentunya bukan sekadar iseng. 

Dan cerita saya selanjutnya adalah;
Suatu hari, saat hendak berangkat kerja, agak terburu- buru, tiba- tiba saja saya merasa direpotkan sekali dengan urusan rokok ini.
Mencari- cari entah dimana terakhir saya taruh. Sedemikian repot karena selalunya saya simpan ditempat yang berbeda. Dimana saja tempat yang pertama dirumah yang saya hampiri. Juga karena pelupa saya. Setelahnya, saya direpotkan lagi dengan saku- saku celana yang tampak menggelembung terisi bungkus- bungkus rokok. Tidak indah sama sekali. 

Seketika saya merasa diperbudak sekali oleh urusan rokok ini. Bukan perasaan nyaman dan tenang yang saya peroleh, karena ada rokok disaku- saku celana saya. Tapi sebaliknya. Perasaan disepelekan. Perasaan dipecundangi oleh benda- benda ini. Lebih parah lagi saya koq ya merasa terhina sekali.
Nyaris semua kehidupan saya sepertinya tergantung pada urusan ini.

Bangun pagi, yang pertama dicari adalah rokok. Dengan dalih perasaan tenang yang didapat jika ternyata memang ada. Walaupun bukan berarti merokok yang memulai kegiatan hari- hari. Setelahnya, selalunya minum kopi dan merokok sebelum sarapan. Seringkali malah sarapan yang tak sempat. Sementara merokok tak pernah terlewat. Uang atau seisi dompet boleh tertinggal sekali- sekali. Tapi jangan sampai jika rokok, si penenang hati.

Berikutnya adalah, saya ambil semua rokok yang sebelumnya saya masukan ke saku celana. Taruh dimeja makan. Dan berangkat. Berikutnya lagi, beruntung sekali, bukan perasaan menyesal yang ada, tetapi perasaan kemenangan yang luar- biasa. Akhirnya sang rokok bisa saya kalahkan.

Ternyata berhenti merokok tak sesulit yang saya percaya selama ini. Hari- hari selanjutnya adalah hari- hari yang saya nikmati sebagai hari- hari kemenangan saya atas rokok. Tak ada satu hal pun yang saya lakukan sebagai pengganti tidak merokok saya. Tak cemilan yang manis- manis tak juga makan atau minum yang berlebihan. Seperti yang sering saya dengar. Saat stres merokok itu menenangkan. Begitu kata perokok. Padahal saat tidak strespun ya merokok juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun