Mohon tunggu...
AKHMAD SUYUTHY AZZAKI
AKHMAD SUYUTHY AZZAKI Mohon Tunggu... Aktor - MANUSIA

UTUSAN DARI PENGUASA LANGIT

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Paradigma Kritis Emansipatoris dalam Membedah Gerakan Kaum Feminis

10 Maret 2020   09:55 Diperbarui: 10 Maret 2020   12:03 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kelima, baik laki-laki maupun perempuan juga berhak meraih prestasi dalam kehidupannya seperti dalam (Q.S AN NAHL:97) "barang siapa yang mengerjakan amal sholeh baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kehidupan yang baik". 

Dari deskripsi diatas menunjukkan bahwa Al Quran menjunjung kesetaraan gender dan merupakan bagian dalam nilai-nilai Islam yang berlaku universal.

Agama, dalam pandangan Prof. Ahmad Tafsir merupakan salah satu hal yang mewarnai dunia. Dalam aspek ini kita akan membahas bagaimana kacamata agama dalam memandang perempuan. Agama seperti Yahudi, Islam, Kong Hu Chu, dan Kristen identik dengan agama patriarki. 

Agama Islam, dalam syariatnya perempuan tidak boleh keluar sendiri tanpa didampingi oleh walinya, dan dengan suaminya apabila ia telah menikah, karena disinyalir dapat menimbulkan fitnah. Dan masih banyak lagi ajaran agama yang menurut kalangan feminis dapat membelenggu kebebasan perempuan. Namun hemat baca penulis sendiri, ideologi kebebasan (liberalisme) yang diinginkan oleh feminis sendiri ialah bersumber dari filsafat humanisme, setiap manusia menginginkan hak dan kebebasan individu tapi secara agama itu tidak dibenarkan. 

Kebebasan mutlak dalam agama juga disinyalir akan mendatangkan kemudaratan-kemudaratan semisal pergaulan bebas dan tindak kriminal dari peranakannya, untuk itu dari sanalah masuk hukum-hukum agama sebagai batasan dari kebebasan manusia. 

Agama sendiri berisi aturan aturan tuhan kepada manusia di dunia untuk mencapai tatanan hidup yang baik, dari sini kita dapat berpikir bahwa sifat agama sendiri menata untuk kebaikan tapi ditantang oleh kebutaan terhadap duniawi oleh para feminis. 

Jika kebebasan yang dikehendaki oleh feminis tadi ditarik lebih panjang lagi akan memunculkan satu ideologi baru yakni hedonism, hedonism sendiri bermakna anggapan terhadap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama hidup, dari sini akan menjadi lebih parah lagi kebebasan yang akan dilakukan oleh perempuan jikalau parameternya hanyalah kenikmatan materi saja, otomatis tatanan kehidupan akan berubah tidak seimbang dan menuju dekadensi moral bahkan peradaban. 

Agama sendiri lebih spesifik Islam sendiri, sebenarnya tidak ada bau penindasan terhadap perempuan dalam doktrin doktrinnya bahkan mengangkat derajat perempuan itu sendiri, karena secara historisnya dahulu pra islam perempuan dianggap sebagai sesuatu yang murah dan remeh temeh namun setelah adanya Islam kaum perempuan diangkat derajatnya dalam kehidupan sosialnya lewat doktrin-doktrin Islam dan akhirnya perempuan lebih dihargai dan dihormati, seperti yang tertera dalam hadits bahwa "dunia itu perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah istri yang solehah"(H.R Muslim no. 1467)  seperti itu, bahkan perempuan dalam hadits Rassulullah SAW dianalogikan sebagai sebaik baiknya perhiasan dunia.

Menurut pandangan laki-laki yang berstatus mahasiswa yang penulis temukan di lapangan, ia berpandangan bahwa feminisme merupakan gerakan-gerakan patah hati, ia menggunakan istilah patah hati mungkin disinyalir dahulu memang hati perempuan sempat tersakiti akibat pengaruh dari patriarki, yang konon hari ini di kalangan kampus ideologi tersebut kembali naik rating padahal menurutnya realita kini menunjukkan bahwa perempuan juga mendominasi peran laki-laki namun memang ada sikap perempuan sendiri yang secara emosional tidak ingin atau canggung dalam mrengambil peran atau bergerak. 

Jika dilihat di dunia kampus secara kuantitas perempuan mendominasi kampus secara jumlah, di fakultas dan di kelas-kelas namun secara kualitas meraka masih di bawah laki-laki tapi ini bukan karena sistem yang menjadikan, seperti halnya dominasi peran dalam organisasi yang masih banyak terpegang oleh Kaum Adam. 

Ini juga tamparan bagi kaum kaum yang menggendong ideologi feminisme, mereka terlalu fantasi terhadap masa lalu, konservatif terhadap masa lalu sehingga mereka tidak dapat move on lewat sejarah kegemilangan perempuan dahulu, dan yang diangkat selalu isu isu lama sehingga mereka lupa akan keharusan yang ia lakukan untuk hari ini dan seterusnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun