Komponen biaya operasional kapal paling besar dari biaya BBM. Sekedar tahu, biaya BBM di PT. PELNI (Persero) Â mencapai 50 persen dari biaya keseluruhan perusahaan. Hal tersebut disampaikan Direktur Armada PT. PELNI (Persero) Muhamad Tukul Harsono dalam rilis yang disampaikan Kamis (23/7).
Pria kelahiran Demak yang menjabat sebagai Direktur Armada sejak 2017 ini selanjutnya menuturkan, saat ini BBM untuk kapal-kapal penumpang dan kapal perintis menggunakan BBM bersubsidi dan disuplai dari PT. Pertamina (Persero).
Karena besarnya biaya BBM, PELNI terus berupaya mengurangi biaya bahan bakar. Beberapa langkah ditempuh, diantaranya menstandarkan kecepatan kapal. Makin tinggi kecepatan kapal, makin besar solar yang keluar. Â Kalau kapalnya digeber dengan kecepatan tinggi, BBM-nya boros. Dengan standarisasi kecepatan, biaya BBM dapat ditekan. Â
PELNI mengoperasikan 26 kapal penumpang super besar dan 46 trayek kapal perintis. Kapasitas kapal tipe 1000 pax, dapat memuat 1.000 orang. Kapal tipe  2000 pax dapat mengangkut 2.000 orang  bahkan ada yang mampu mengangkut  3.000 orang, KM. Labobar tipe 3000 pax. Bahkan, karena  besarnya kapal, kemampuan disel listrik di kapal PELNI mampu menerangi listrik untuk  1 kecamatan di Indonesia timur.
Kapal penumpang yang jumbo membutuhkan penerangan listrik untuk setiap ruangan. Memerlukan pendingin atau AC Â agar penumpang dan ABK tidak kepanasan. Memasak di kapal juga menggunakan listrik.
Listrik di kapal  bersumber dari disel raksasa didalam kapal, dan memerlukan BBM. Jadi BBM di kapal diperlukan untuk bahan bakar genset atau motor bantu, bahan bakar untuk mesin penggerak baling-baling kapal. Dalam kapal PELNI terdapat 2 mesin yang harus selalu siaga.
Besarnya biaya BBM dalam operasional kapal, mendorong  direksi PELNI terus memutar otak agar biaya bisa dikurangi. Berbagai temuan teknologi coba diterapkan, bahkan dulu PELNI pernah berencana beralih menggunakan bahan bakar gas (BBG), namun terbentur infrastruktur gas di pelabuhan.
Pada  10 tahun silam 26 kapal PELNI menempuh jarak hingga  mencapai 114.012 mil dengan pemakaian BBM 13.535.000 liter per-voyage, dengan rata-rata  118 liter/mil. Saat ini pemakaiannya turun menjadi  8.950.000 liter per voyage dengan jarak tempuh 105.220 mil. Sehingga terjadi penurunan menjadi rata-rata 85 Liter/mil, atau turun 27%. Â
Efisiensi penggunaan BBM di PELNI dilakukan  berbasis perangkat lunak (software) maupun keras (hardware). Untuk memastikan konsumsi BBM yang ekonomis,  PELNI telah memasang perangkat Vessel Web Analyzer (VWA) di setiap kapal penumpang.
VWA merupakan perangkat software yang dapat memantau konsumsi BBM secara real-time. Penggunaan teknologi VWA sangat memudahkan pemantauan konsumsi BBM karena dapat di akses melalui smartphone dengan penyajian data yang diperbarui setiap menit.
Teknologi VWA sudah diterapkan sejak 2017 namun masih terbatas di beberapa kapal. Kemudian pada  akhir 2019 kemarin VWA sudah digunakan di seluruh kapal penumpang PELNI. Dengan VWA, ditambah dengan sinergi antar BUMN bersama PT Sucofindo sebagai  pengawas BBM independent pada saat supply/bunker penghematan bisa terwujud.  Upaya efisiensi konsumsi BBM di kapal-kapal milik PT PELNI sangat mendukung upaya efisiensi Perusahaan.