Mohon tunggu...
Akhmad Mustaqim
Akhmad Mustaqim Mohon Tunggu... Dosen - Mahasiswa, penikmat kata, pekerja, dan selalu berusaha menjadi manusia bermanfaat.

Hobi membaca merangkai kata

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Catatan Medan Pembatja

22 Januari 2022   20:54 Diperbarui: 22 Januari 2022   21:02 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buku ini ditulis oleh sastrawan Indonesia yang meninggal di Moskow tahun 1979, Utuy Tatang Sontani. Sebagai seorang exil. 

Buku yang bergenre Sastra Nostalgia ini mengambil latar Indonesia Timur. Itu menurut pendapat saya. Karena di buku itu disebutkan banyaknya pulau-pulau yang membentang, juga disebutkan nama daerah seperti Lontor ataupun Banda. 

Mengambil judul Tambera, yang juga nama tokoh utama dalam karya ini, terbit pertama kali tahun 1946. Dan buku yang ada di tangan saya sudah cetakan kelima, terbitan tahun 2011. 

Cerita dalam buku ini diambil di akhir abad 16 tepatnya tahun 1599. Tambera yang anak kepala kampung harus berpisah dengan teman sepermainannya sekaligus saudara sepupu, Wadela, karena perselisihan paham antara kedua orang tua mereka. Dimana Imbata, ayah Tambera, sebagai kepala kampung lebih memilih mengabdi dan melayani orang Barat daripada pengabdiannya kepada masyarakat. Itulah kenapa ayah Wadela memilih pergi dari kampung yang dikepalai oleh adik iparnya dan memulai hidup bertani di daerah terpencil. 

Selama ini Imbata melayani orang Inggris, Willington, menyediakan buah pala yang ditukar dengan barang-barang dari luar; seperti pakaian, kain sutera, perkakas rumah tangga, juga kadangkala uang. Tak heran kalau rumah Imbata sangat berbeda dengan rumah-rumah penduduk umumnya yang sepenuhnya berdinding kayu dan beratap seng/jerami. Sementara Imbata rumahnya separuh berdinding batu dan separuhnya lagi berdinding kayu. 

Tak selang berapa lama setelah kepergian Wadela dan ayahnya, datang sebuah kapal berbendera asing. Imbata sebagai kepala kampung menyambutnya. Begitu pula dengan warga yang sudah bergerombol di pinggir pantai. Melalui juru bicara, mereka memperkenalkan diri berasal dari Belanda. Kedatangan mereka untuk berdagang. Dan ditandatangani sebuah perjanjian perdagangan antara Van Speult, sebagai perwakilan Belanda, dengan Imbata sebagai Kepala Kampung. 

Untuk menampung buah pala penduduk, maka didirikanlah sebuah gudang penyimpanan dan ruang untuk tempat tinggal orang Belanda tersebut. 

Di sinilah mulai ada persaingan dagang antara Willington (Inggris) dan Van Speult (Belanda). Juga mulai muncul adanya perselisihan paham antara penduduk soal Imbata yang semakin kaya dan menghamba kepada Belanda dan Kawista yang hidupnya terus miskin dan bodoh, yang mendapat dukungan dari Wellington yang berkeinginan mengusir Belanda. 

Perselisihan demi perselisihan terjadi diantara warga, juga dengan Belanda. Gudang yang dulu sederhana, kini berubah jadi gedung. Pagar yang dulu tingginya hanya setengah badan, kini jadi tembok yang menjulang tinggi. Dan makin banyak orang Belanda yang berseragam dilengkapi dengan senjata api tinggal di situ. Katanya untuk menghalau kalau Spanyol dan Portugis datang sewaktu-waktu. Namun tidak dengan kehidupan Tambera. 

Tambera yg dulu sempat murung dan putus asa karena ditinggal teman sepermainannya, Wadela, kini menemukan teman baru bernama Clara, sosok gadis yang bisa mengajarkan membaca dan menulis, yang beda bahasa, beda rambut, juga beda warna kulit. Gadis yang membuat Tambera ingin bermain berlama-lama dan rela hidup dalam benteng Belanda yang dulu dianggap gudang. 

Judul Buku: Peradaban Modern 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun