Mohon tunggu...
Akhmad Mukhlis
Akhmad Mukhlis Mohon Tunggu... Dosen - Gandrung Sepak Bola, Belajar Psikologi

4ic meng-Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Memang Repot Mendampingi Anak Sekolah dari Rumah, tapi...

13 September 2020   18:20 Diperbarui: 16 September 2020   03:37 1373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari https://www.nationalgeographic.co.uk/

Mari kita lihat biografi manusia-manusia terpilih. Selain berbakat dalam bidangnya masing-masing, hampir semua dari mereka mengalami masa kecil dengan mendapatkan dukungan dari orang-orang terdekatnya.

Mengembangkan potensi anak

Perempuan satu-satunya peraih Fields Medal bidang matematika (setara Nobel), Maryam Mirzakhani tidak memperlihatkan nilai matematika yang brilian sampai sekolah menengah.

Bisa saja kita memperdebatkan terkait konsep bakat (gifted), apakah hal tersebut ada? Apakah semua manusia lahir dengan bakatnya masing-masing? Atau sebaliknya?

Jika iya, apakah hanya manusia yang mendapatkan karunia (bakat) yang menjadi berhasil kelak? Terus bagaimana mengukur bakat dengan tepat?

Banyak sekali pertanyaan terkait bakat. Psikologi bisa disebut sebagai ilmu yang paling getol meneliti dan berusaha menyingkap rahasia bakat manusia. Satu hal yang menjadi benang merah kesepakatan ilmuwan terkait bakat adalah kata 'potensi'.

Kenyataannya, kita menemukan manusia-manusia yang sejak kecil memang terlihat luar biasa dan menjadi manusia yang menciptakan sejarah luar biasa, kita tahu B.J. Habibie.

Namun kita juga mengenal Einstein kecil yang kesulitan berbicara dan disebut the dopey one (si tolol) oleh pembantu keluarganya.

Kita juga tahu bahwa perempuan satu-satunya peraih Fields Medal bidang matematika (setara Nobel), Maryam Mirzakhani tidak memperlihatkan nilai matematika yang brilian sampai sekolah menengah. Maryam kecil yang lahir di Iran adalah pecinta sastra, dia menghabiskan masa kecilnya dengan membaca berbagai karya sastra. 

Bahkan psikolog ternama Lewis Terman pernah melakukan riset panjang dan justru 'kecolongan'. Terman dan tim pada tahun 1921 menyeleksi ribuan anak dan merasa menemukan 1470 anak-anak berbakat. anak-anak jenius dengan skor IQ di atas 135. Namun, apa yang terjadi?

Pada masa mendatang, Terman dan tim harus gigit jari. Pasalnya ada dua nama yang tidak lolos dalam seleksi mereka, malah menerima Nobel dalam bidang Fisika, Luis Alvarez dan William Shockley.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun