Banyak dari kita tidak siap saat anak-anak mulai mengungkapkan kebosanannya, bahkan terkejut. Mudah ditebak jika kita seringkali keliru memberikan tanggapan saat anak bilang "aku bosan." Dalam hati banyak orangtua kaget, mempertanyakan mengapa anaknya bosan. Mereka kemudian mengambil tindakan yang justru tidak menyelesaikan masalah. Seperti bertanya kembali "kenapa kamu bosan?" dan juga menawarkan beberapa kegiatan (yang sayangnya tidak baru dan menarik bagi anak).
Mengapa saya katakan tidak menyelesaikan masalah? Karena frasa "aku bosan" sebenarnya anak-anak ingin memberikan sinyal bahwa "aku sedang tidak tertarik."
Pada sisi lain, anak juga memberikan tanda bahwa mereka sedang jenuh dengan aktivitas kesehariannya, mereka menginginkan rehat (down time). Ini adalah hal pertama yang harus kita fahami.
Selanjutnya, jangan mencoba menawarkan solusi. Kebosanan bukanlah hal buruk bagi anak, ia adalah petanda bahwa anak perlu menciptakan sesuatu sendiri. Semacam register internal yang mengatakan kepada otak bahwa ada sesuatu yang diinginkan. Biarkan anak-anak mencari dan menemukan sesuatu yang baru untuk dikerjakan untuk memenuhi rasa bosan.
Artinya, berikan mereka waktu untuk menyelesaikan kebosanannya. Dengan memberikan waktu, mereka akan tahu bahwa kita menghargai mereka.
Kebosanan adalah fenomena nyata kehidupan. Biarkan anak-anak mengalaminya, mereka akan tahu bahwa hidup tidak seperti rangkaian acara hiburan.
Seperti kata Schopenhauer, filsuf kenamaan Jerman, bahwa kebosanan hanyalah kebalikan dari daya tarik. Biarkan anak-anak mengikutinya, seperti saat mereka mengikuti hal yang menarik hatinya. Berikan mereka waktu, dan lihatlah anak-anak yang lebih kreatif dan mandiri setelahnya.