Mohon tunggu...
Akhmad Mukhlis
Akhmad Mukhlis Mohon Tunggu... Dosen - Gandrung Sepak Bola, Belajar Psikologi

4ic meng-Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Ramainya Pilpres Itu Gak Ada Apa-apanya dengan Ibu-ibu Memilih SD Anaknya

20 Maret 2019   11:57 Diperbarui: 20 Maret 2019   20:46 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar dari confessionsofanadoptiveparent.com

Saya sadar ini hanya perspektif saya, masih banyak perspektif lain yang memiliki kadar kebenaran tersendiri.

Ilusi sekolah 'favorit'

Jika ada yang bertanya mengapa saya sesantai itu dengan pendidikan anak saya. Jawabnya bisa sederhana bisa juga akan lebih banyak. Saya punya beberapa pertanyaan ilustrasi yang menarik untuk itu (minimal menarik menurut saya hehe)

  • Anak saya itu mau masuk jenjang SD, bukan masuk kuliah
  • Emangnya kalau lulus SD anak mau ngelamar dan atau kerja apa?
  • Apa sih yang paling anak butuhkan dalam usia dan jenjang SD?
  • Sekolah SD favorit? Benaran, apa tolok ukurnya?
  • Sekolah SD favorit? Siapa yang memberikan peringkat?
  • Sekolah SD favorit? Benaran, emangnya berapa banyak alumninya yang dianggap 'sukses'?
  • Sekolah SD favorit? Iya deh, situ yakin yang membentuk kepribadian anak itu hanya sekolah?
  • Sekolah SD favorit? Iya deh, semua bisa didapatkan disitu. Lah apa peran orangtua di rumah kalau begitu?
  • Emangnya situ sekarang berhasil jadi orang bukan? Kalau iya, situ dulu sekolah SD dimana?
  • Emangnya situ sekarang berhasil jadi orang bukan? Kalau tidak, masak iya situ mau nyalahin sekolah SD-nya

Intinya, saya hanya ingin anak saya tetap gembira dan ceria melewati masa kanak-kanaknya. Gak belajar dong? Kata siapa? Masok belajar itu hanya di sekolah? Kan nggak to?

Kok banyak banget tulisan ini, sudah dulu ya. Lain waktu kalau sempat saya akan bahas ilustrasi pertanyaan sederhana di atas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun