Mohon tunggu...
Akhmad Mukhlis
Akhmad Mukhlis Mohon Tunggu... Dosen - Gandrung Sepak Bola, Belajar Psikologi

4ic meng-Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Di Balik Parade Quattrick Liga Top Eropa Pekan ini

19 Maret 2018   11:32 Diperbarui: 19 Maret 2018   11:37 1144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar diambil dari dailystar.co.uk

Gelaran liga-liga top Eropa pada pekan ini sepertinya akan diingat pecinta sepakbola sepanjang masa. Bagaimana tidak, minggu ketiga Maret 2018 ini beberapa liga menandainya dengan parade borongan empat gol oleh beberapa bombernya. Liga Inggris, Italia dan Spayol adalah tiga liga papan atas yang memeriahkan pekan ini dengan sajian quattrick.

Penahbisan Pembelian Terbaik Liverpool Sepanjang Masa

Kita mulai dari Liga Premier Inggris. Pekan ke-30 ditandai dengan capaian prestisius seorang striker sayap berkebangsaan Mesir, Mohamed Salah. Pemain kribo yang pernah disia-siakan Chelsea ini mencetak empat gol ke gawang kiper cadangan Watford Orestis Karnezis dan menggenapi 36 golnya diseluruh kompetisi. Gelontoran gol pada menit ke 4, 43, 77 dan 85 tersebut menorehkan capaian prestisius bagi Salah. Dia  telah melewati rekor legenda Liverpool Fernando Torres sebagai pemain Liverpool yang mencetak gol terbanyak pada musim pertama, 33 gol. Selain itu, Salah juga menahbistkan dirinya sebagai Topscorer sementara Premier League. Salah telah menahbiskan dirinya sebagai pembelian terbaik sepanjang sejarah klub.

Icardi Semakin Matang

Masih pada hari yang sama (18 Maret 2018), Mauro Icardi juga mencatatkan dirinya sebagai pemain yang mampu mencetak empat gol hanya dengan sekali bertanding. Gol-gol pada menit 30, 31, 44 dan 51 ke gawang Atalanta yang dijaga Emiliano Viviano menempatkan pemain Argentina tersebut menempatkan dirinya sekali lagi sebagai kandidat Cappocanieri tahun ini. 21 go yang telah ia sumbangkan kepada Internasionale hanya terpaut 3 gol saja dari Ciro Immobile. Torehan spesial lainnya adalah bahwa Icardi telah mencetak 100 gol selama karirnya di Serie A, sejauh ini data menunjukkan capaian tersebut sebagai pemain termuda keenam yang mampu menorehkan 100 gol di Serie A, saat ini usia Icardi adalah 25 tahun 27 hari. Terpaut hampir 2 tahun dari legenda Inter Giuseppe Meazza yang mampu menorehkan 100 gol di usia 23 tahun 32 hari. Tak isa-sia ban kapten pada lengannya, karena terbukti performa Inter sangat bergantung kepadanya.

Lagi-lagi Ronaldo

Selang sehari setelah Mo Salah dan Mauro Icardi berpesta gol, Ronaldo menyusul di liga saat Real Madrid menghancurkan perlawanan sengit Girona pada pekan ke 29 La Liga Spanyol. Parade gol ke gawang Yassine Bounou dimulai CR7 pada menit ke 11 dan terus berlanjut pada menit 47, 64 dan diakhiri sesaat sebelum wasit meniup peluit pda menit 90. Catatan tersebut kembali memeriahkan persaingan (yang tidak membosankan) antara Messi dan Ronaldo, saat ini Messi masih memimpin 3 gol dari capaian Ronaldo 22 gol. Kekhawatiran bahwa era MessiRo (Messi-Ronaldo) telah usia saat Ronaldo kesulitan menemukan formterbaiknya di awal musim telah terjawab. Mari kita melihat dua manusia paling digdaya dalam sepakbola kembali beraksi sampai akhir musim ini.

Selain quattrik dari tiga pemain tersebut, harapan kita kembali memuncak terhadap sepakbola secara makro. Sepakbola pada banyak sisi adalah tentang gol. Sepakbola akan selalu dirayakan dengan gol. Tanpa gol, sepakbola bukanlah apa-apa.

Sepakbola Modern yang Tidak Ramah Striker

Setelah era taktikal melahirkan sepakbola modern yang semakin rumit, kali ini kita bisa bergembira melihat kran gol striker-striker liga top eropa semakin bancar. Banyak analis yang menganggap sepakbola modern sebagai pertarungan taktik dan strategi kedua pelatih dengan menafikan insting pesepakbola, terutama striker. Sepakbola modern adalah bagaimana taktik bisa berjalan dengan baik, bagiamana kemenangan dapat diraih, tidak penting berapa gol yang dicetak. Pep Guardiola, mungkin adalah satu dari sedikit pelatih yang lahir sebagai protagonis dalam era sepakbola modern ditengah antagonistik macam Mourinho, Diego Simione dan banyak pelatih kaliber dunia yang memenangkan gelar tanpa mementingkan banyaknya gol. Bahkan Mourinho mewariskan taktik grendel pertahanan yang disebut banyak orang sebagai 'parkir bus'.

Kita mengenal sepakbola era ini sebagai sepakbola merata, bukan hanya milik striker. Kemudian jamak pada era ini, pemain tengah, belakang dan ataupun penjaga gawang dapat menjadi pemain terbaik setiap laga, bahkan menjadi kandidat dan pemenang Ballon d'or.Bahkan dalam beberapa musim terakhir, sulit rasanya kita menunjuk striker ganas nan mematikan yang lahir. Lihat saja Manchester United, Chelsea bahkan Barcelona dan Real Madrid selalu kesulitan mencari penyerang yang handal. Bahkan Messi dan Ronaldo-pun lahir bukan dari posisi striker. Sedikit berbeda jika kita mencari sosok pemain belakang dan tengah, banyak sekali benih terus bermunculan. Tapi gelaran liga top Eropa pekan ini memberikan jawabannya, bahwa taktik memang berkembang, namun naluri gol terkadang berada di luar hal tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun