Mohon tunggu...
Akhmad Mukhlis
Akhmad Mukhlis Mohon Tunggu... Dosen - Gandrung Sepak Bola, Belajar Psikologi

4ic meng-Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memprediksi Minat Makan Anak Melalui Temperamen

25 September 2017   14:01 Diperbarui: 25 September 2017   14:17 1876
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar diambil dari www.buenasalud.net

Sebagian besar anak terkesan memilih makanan, bahkan tidak jarang orangtua frustrasi ketika berurusan dengan makanan si kecil. Saya sendiri menemukan perbedaan minat makan antara kedua anak saya. Perbedaan tersebut seringkali memantik emosi negatif kita untuk membandingkan keadaan anak-anak kita di depan mereka, padahal kita tahu hal tersebut tidak baik bagi perkembangan mereka. Beberapa penelitian mencoba mengurai fenomena anak dan mengapa mereka terkadang sulit untuk menerima makanan, terlebih menu makanan baru.

Sebuah penelitian yang baru saja diterbitkan bulan agustus 2017 yang dilakukan oleh Kameron J. Moding dan Cyinthia A. Stifter mencoba mengungkapkan misteri tersebut. Kedua peneliti tersebut menggunakan mainan sebagai sarana untuk menjelaskan misteri makan bayi pada saat mereka berusia 6, 12 dan 18 bulan. 

Teori temperamen (temperament) digunakan peneliti sebagai pendekatan penelitiannya. Temperamen merupakan sebuah konsep terkait reaksi seseorang terhadap berbagai situasi, bagaimana seseorang berinteraksi dengan dunia. Konsep tersebut dapat membantu kita memahami mengapa beberapa anak tidak mengalami masalah makan, sementara anak yang lainnya sangat menghidarinya.

Pada teknisnya, peneliti melihat dengan detil respon bayi terhadap mainan dan makanan baru pada usia 6, 12 dan 18 bulan. Hasil penelitiannya sangat mengejutkan, yaitu anak yang memiliki reaksi positif terhadap mainan baru cenderung juga memiliki reaksi yang positif terhadap makanan baru. Jenis anak-anak tersebut memiliki temperamen yang aman (easy children), mereka mudah menerima dan memberikan reaksi yang positif terhadap objek baru.

Memahami istilah temperament

Kebanyakan kita menggunakan instilah temperamen untuk menggambarkan seseorang yang cepat naik pitam atau cepat marah. Pengertian tersebut tidak sepenuhnya salah, namun kurang tepat jika kita melihat dalam konteks psikologi. Kebanyakan teks psikologi menyebut temperamen sebagai karakteristik seseorang untuk mendekati dan bereaksi terhadap objek dan situasi. Kata kunci temperamen adalah bahwa ia mendefinisikan tengang bagaimanaseseorang berperilaku, bukan apayang seang dilakukannya. Jadi, temperamen menjelaskan mengapa manusia mendekati (approach) atau bahkan menjauhi (withdrawal) sesuatu di sekitar mereka.

Beberapa ahli psikologi menambahi pengertian-pengertian diatas dengan menyebut temperamen juga terkait bagaiamana seseorang mengatur fungsi mental, emosional dan perilaku mereka sendiri saat memutuskan untuk mendekati atau menjauhi objek dan situasi. Temperamen memiliki dimensi emosional yang sangat lekat, namun dia bukanlah emosi. Perbedaan utama temperamen dan emosi adalah terkait konsistensinya. Jika emosi dapat datang dan pergi dengan cepat, temperamen adalah sesuatu yang relatif konsisten dan menetap.

Secara general, temperamen dapat saja disebt sebagai dasar biologis dan emosional dari kepribadian. Sehingga sangat sulit untuk memisahkan temperamen dengan kepribadian, seringkali batasan antara keduanya sangat kabur.

Dalam buku yang berjudul Temperament and Development,melalui penelitian jangka panjang dua orang psikiater Stella Chess dan Alexander Thomas menggolongkan anak kedalam tiga pola temperamen yaitu pola anak dengan temperamen mudah, sulit dan lambat. Anak dengan temperamen mudah (easy children) merupakan kategori yang diperuntukkan kepada anak yang mudah menerima sesuatu yang baru. Menurut penelitian tersebut, anak jenis ini memiliki populasi 40%. 

Kebalikannya adalah anak jenis sulit (difficult children), yaitu anak yang memiliki ritme biologis tidak teratur, sulit menerima hal yang baru dan respon emosionalnya kuat. Jenis anak ini hanya ditemukan sekitar 10% dari populasi. Berbeda dengan kedua jenis diatas, 15 % anak lainnya merupakan anak jenis ketiga yaitu anak lambat terpancing (slow to warm up) adalah anak-anak yang terlihat mudah menerima hal yang baru namun ragu-ragu dan lama dalam prosesnya. Penelitian tersebut sampai dipublikasikan belum mampu mendefinisikan 35% anak lainnya.

Memprediksi minat makan dan perlakuannya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun