Mohon tunggu...
akhmad fajar
akhmad fajar Mohon Tunggu... Freelancer - mahasiswa

nothing

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Keadaan Lingkungan Rumah yang Buruk terhadap Kejadian Pneumonia di Indonesia

29 Desember 2019   16:31 Diperbarui: 29 Desember 2019   16:26 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Penyakit -- penyakit teratas di Indonesia hampir semuanya memiliki faktor risiko berupa paparan udara yang tidak sehat. Apalagi pada saat era modern saat ini penduduk di Indonesia meningkat dan membutuhkan lahan untuk hunian rumah, sehingga memunculkan masalah pada udara. Salah satu penyakit yang melibatkan udara yakni Pneumonia. Pneumonia menyerang anak-anak dibawah usia 5 tahun dan penyebab kematian utama di dunia pada kategori usia tersebut. Bahkan dari data ditemukan bahwa setiap lima kematian balita, satu balita meninggalkan diakibatkan dari pneumonia.

Kasus pneumonia ini di negara berkembang mayoritas disebabkan bakteri, sedangkan negara maju lebih disebabkan oleh virus. Pada tahun 2006 WHO/UNICEF mendapatkan data bahwa faktor lingkungan seperti tinggal di rumah yang kelebihan populasi dalam hunian dan pajanan terhadap orangtua yang merokok atau polutan udara dalam ruangan, juga bisa terkena pneumonia. Penyakit ini sebenarnya harus di cegah. Tetapi, masih banyak masyarakat yang tidak peduli untuk mencegah atau menangani penyakit ini, padahal penyakit ini cukup mematikan.

Pneumonia adalah proses infeksi akut dan mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Kejadian ini sering bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus. Gejala penyakit ini biasanya napas cepat dan napas sesak, dikarenakan paru meradang secara mendadak.  Faktor risiko dari pneumonia itu sendiri banyak dipengaruhi dari padatnya hunian, luas ventilasi, jenis lantai, jenis dinding,suhu kamar, dan paparan asap rokok.

Kepadatan rumah diketahui dari luas lantai rumah dan dari jumlah anggota keluarga yang ada di rumah. Beberapa rumah balita masih berwujud kos-kosan atau kontrakan yang ditinggali 4-5 anggota keluarga. Jenis tempat tinggal kos-kosan/ kontrakan ini minim sekali ruang aktivitas bagi keluarga.  Hasil penelitian dari Yunihasto  tahun 2007 mendapatkan data  bahwa kepadatan hunian rumah berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita. Luas lantai rumah yang nyaman dan baik harus sesuai standar untuk penghuni rumah di dalamnya, artinya supaya tidak adanya kelebihan manusia dalam rumah maka jumlah penduduk yang menempati hunian harus didasarkan dengan luas lantai rumah yang ditinggali (Listyowati, 2013).

Luas ventilasi yang sesuai standar Permenkes RI No. 1077/Menkes/Per/V/2011 adalah 10% dari luas lantai rumah. Hasil yang berasal dari lapangan menyatakan bahwa semua rumah balita yang menjadi responden mempunyai luas ventilasi tidak sesuai standar. Rata-rata ventilasi kecil dan cahaya yang masuk sedikit. Ventilasi itu juga sering tidak di buka dan sebagian rumah memiliki ventilasi yang rusak, terlebih ada pula rumah balita yang tidak mempunyai ventilasi. Luas ventilasi rumah yang tidak sesuai standar bisa dikarenakan dari tipe rumah yang kecil karena kepemilikan tanah yang sedikit. Kepemilikan lahan yang sedikit diakibatkan harga tanah di perkotaan yang mahal dan jumlah penduduk yang sangat padat (Trisiyah, 2017). Menurut Khasanah dkk (2016) luas ventilasi rumah yang tidak memenuhi syarat berisiko 3,6 kali lebih besar terkena pneumonia.

 Menurut Kemenkes No.829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan perumahan adalah jenis lantai yang sesuai standar perlu kedap terhadap air dan gampang dibersihkan. Sebagian besar lantai rumah telah berubin atau sesuai standar, tetapi masih ada rumah dengan kondisi lantai masih nampak kotor/ jarang dibersihkan. Menurut penelitian Padmonobo dkk (2012) lantai rumah balita yang tidak permanen berisiko 2,635 kali lebih besar terserang kejadian pneumonia apabila dibandingkan balita yang hidup di rumah dengan lantai yang permanen. Rumah yang mempunyai ubin umumnya rendah lembapan apabila dikaitkan dengan rumah yang lantainya tidak mempunyai ubin. Balita yang sering beraktivitas di lantai yang tidak ada ubin atau lantainya tidak sesuai standar bisa memiliki risiko terkena pneumonia lebih tinggi (Yuwono, 2008).

Menurut Yuwono (2008) keadaan dinding rumah balita yang tidak sesuai standar memiliki risiko terkena pneumonia sebesar 2,9 kali lebih besar dibandingkan kondisi rumah balita yang keadaan dinding rumahnya sesuai standar. Penelitian lain menyatakan berbeda bahwa balita yang mempunyai jenis dinding tidak umum tidak memiliki hubungan dengan kejadian pneumonia (Husnah, 2016). Dinding yang baik biasanya dibuat dari bahan kedap air dan tahan dengan api lalu tidak terbuat dari bahan yang mudah membebaskan zat-zat yang bisa mencelakai kesehatan seperti tembok dan keramik. Dinding yang tidak baik biasanya dibuat dari kayu/ bambu dan mudah terbakar. Kelembapan rumah yang tidak baik bisa menjadi pra kondisi pertumbuhan bakteri ataupun virus penyebab pneumonia. (Padmonobo dkk, 2012).

Kejadian pneumonia memiliki hubungan dengan asap rokok. Balita yang terkena  asap rokok berisiko 18,480 kali terkena pneumonia apabila  dibandingkan dengan balita yang tidak terkena asap rokok (Supriyatin, 2015). Efek rokok begitu mematikan untuk kesehatan baik  perokok aktif ataupun perokok pasif. Asap rokok memiliki kandungan zatzat residu rokok yang bisa terhirup langsung oleh orang lain dan mudah tersebar di lingkungan sampai jarak 10 meter.

Proses penyembuhan untuk pasien pneumonia  memerlukan waktu yang cukup lambat jika pasien masih terkena asap rokok karena proses pertahanan tubuh terhadap infeksi tetap akan terhambat. Apalagi daya tahan tubuh balita masih rentan terhadap lingkungan yang rawan untuk dirinya pada masa pertumbuhan(Kusumawati, 2010).

Pneumonia di Indonesia masih cukup banyak kasusnya karena dari masyarakatnya itu sendiri. Balita yang menghuni rumah dipemukiman padat, lalu orang tua yang merokok dekat balita, ventilasi yang jarang dibuka, dan jarang dibersihkan juga menjadi penentu terjadinya pneumonia. Pneumonia seharusnya dapat dicegah dengan cara termudah terlebih dahulu seperti orang tua tidak merokok dekat dengan balita(menjauhi), selalu membuka ventilasi agar cahaya masuk, selalu membersihkan lantai rumah dengan menyapu atau mengepel, mengatur kelembapan suhu yang ada di kamar, membuka pintu rumah terkadang agar sirkulasi udara berjalan lancar. Hal-hal tersebut harus dilakukan supaya si balita mampu terjaga kesehatannya. Pasti kalau ada keinginan berubah kesehatan balita atau seluruh anggota keluarga bisa dicapai. Oleh karenanya, Mari kita mulai pencegahan pneumonia dari diri sendiri dengan melakukan kegiatan atau hal-hal tersebut sebelum yang lainnya mengikuti menjadi sehat .

DAFTAR PUSTAKA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun