Mohon tunggu...
Faisol
Faisol Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lahir di Jember - Jawa Timur, Anak ke 2 dari enam bersaudara.

Instagram : akhmadf_21 Twitter : @akhmadf21

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Bercocok Tanam, Cara Masyarakat Tani Bertahan dari Krisis Pangan

6 Agustus 2022   17:03 Diperbarui: 6 Agustus 2022   17:03 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu upaya supaya bisa bertahan dari meroketnya harga komoditas pangan, Foto : Dokpri

"Indonesia secara geografis tanahnya yang subur, seharusnya mampu menghasilkan produk pertanian dengan kualitas terbaik, tetapi fakta tidaklah menunjukkan demikian, sebab dalam dunia pertanian, cukup komplek persoalannya" 

Kita semua harus dan wajib mensyukuri atas nikmat yang diberikan oleh Tuhan yang mahakuasa, sebab kita sebagai warga masyarakat Indonesia, berpijak dan hidup ditanah yang sangat subur, hanya saja sistem pengelolaan yang perlu dibenahi mulai dari hilir sampai hulu, supaya peningkatan hasil pertanian dibumi Nusantara ini terus berkembang.

Dunia saat ini memang sedang mengalami guncangan akan krisis pangan, hal tersebut tidak terlepas adanya situasi dan kondisi yang kurang menguntungkan.

Menjadi sebuah catatan akan dampak Pandemi covid 19, hepatitis akut, serta saat ini monkeypox yang juga mendunia, dan ditambah lagi ketegangan antar negara serta terjadinya perang antara Rusia-Ukraina, menjadikan stabilitas ekonomi dan politik secara global kurang sehat, dan dampaknya pasti akan dirasakan oleh masyarakat sipil.

Ditambah lagi ketegangan China dan Taiwan, yang sangat berdampak terhadap stabilitas ekonomi dan politik secara global.

Sebagai bagian dari masyarakat tani, yang hidup di daerah pinggiran, salah satu penghasilan yang diperoleh melalui hasil pertanian, sebagai salah satu sumber ekonomi itu berjalan dan hidup masih bisa bertahan ditengah melonjaknya harga komoditas pangan.

Dengan bertani bisa menciptakan swasembada pangan sendiri.

Kita memang masyarakat tani, yang hidup dan tumbuh dari hasil bumi yang dianugerahkan oleh yang maha kuasa, dan sudah menjadi suatu kewajiban bagi kita untuk selalu mensyukurinya.

Dimusim kemarau ini, apalagi yang berada di daerah tanah kering, bisa bercocok tanam palawija, mulai dari jagung, kedelai, kacang panjang, mentimun, terong dan lain sebagainya.

Buah mentimun hasil pertanian sendiri, Sumber : dokpri
Buah mentimun hasil pertanian sendiri, Sumber : dokpri

Kebutuhan yang primer dan sekunder memang menjadi hal yang kerap kami lakukan, ada tanaman yang sampai menunggu 3 bulan, ada pula tanaman yang hanya menunggu satu bulan sudah mulai memanen.

Tanaman yang jangka waktunya pendek adalah sayuran, bahkan sayuran ini masuk pada kategori sekunder sebab memang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, meski harganya fluktuatif.

Dengan bercocok tanam padi, jagung, maupun sayuran merupakan upaya untuk bertahan dan menciptakan swasembada pangan sendiri,wali tidak bisa kita pungkiri, ada banyak kesulitan di dalam pertanian kita, apalagi di tanah kering.

Obat-obatan dan pupuk yang cukup mahal

Kebutuhan para petani supaya tanamannya bagus dan terhindar dari serangan hama, tentu saja membutuhkan pupuk dan obat-obatan pengusir hama, supaya hasil panennya bagus.

Memang kondisi hari ini serba mahal, mulai dari proses pengolahan lahan, pupuk, gaji buruh, dan obat-obatan, tetapi yang namanya kebutuhan tetap harus dibeli.

Tinggal berpikir se efektif mungkin, supaya pengelolaan dan perawatan yang baik, akan menghasilkan produk yang diharapkan pastinya.

Oleh karenanya pemerintah dalam konstek ini, harus sudah memahami situasi dan kondisi pertanian, dan terus membuat inovasi terutama bagi para petani milenial yang sudah cukup akrab dengan sistem informasi dan digitalisasi.

Sehingga problem pertanian kita bisa dicarikan solusi terbaik mulai dari hulu sampai ke hilir, dan sudah saatnya petani maju, masyarakat sejahtera dan bahagia, negara akan maju.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun