"Ada dua alasan yang paling krusial untuk kita cermati hari ini, pertama soal dampak pandemi covid 19 yang sudah mengganggu stabilitas hidup dan kehidupan berbangsa dan bernegara, kedua soal perang Ukraina dan Rusia yang menjadi kekhawatiran terutama bagi negara-negara berkembang akan stabilitas perekonomian secara global"
Indonesia sebagai negara agraris dengan tingkat penduduk hampir mencapai 200 juta jiwa dengan beragam perbedaan suku, adat, budaya, bahasa, bahkan keyakinan merupakan sebuah anugerah dari Tuhan yang maha kuasa.
Penduduk yang majemuk ini, tidak bisa kita pungkiri memiliki banyak problem yang tentunya harus diselesaikan, mulai dari problem ekonomi, pendidikan, politik, humanisme, dan problem sosial politik.
Sebagai negara yang berkembang, Negara yang kita cintai ini masih belum bisa dikatakan tuntas soal kemelut dan gonjang-ganjing ekonomi, terutama soal sandang dan pangan.
Sebagai Negara yang terdiri banyak pulau dan penduduk majemuk, kehidupan masyarakat yang berada digaris kemiskinan masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk menuntaskannya.
Setidaknya melalui sistem kekuasaan pemerintah sudah berupaya keras untuk terus menciptakan stabilitas perekonomian, dan pengentasan kemiskinan.
Baca Juga :Â Presidensi G20 Diharapkan Berdampak Secara Global dan Menjadi Mesin Pendorong Terhadap Pemulihan Ekonomi Nasional
Inilah yang menjadi problem negara kita, terutama soal yang paling mendasar, yakni adalah kebutuhan sandang dan pangan.
Ketersediaan sandang dan pangan ini menjadi suatu keharusan yang harus ada, sebab jika hal itu berjalan tidak stabil, tentu krisis pangan akan terjadi dan pastinya akan terjadi kegaduhan serta kesenjangan sosial.
Dikutip dari laman kompas.com, soal Krisis Pangan menurut "ramalan" Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bahwa krisis pangan dunia kian buruk.