Mohon tunggu...
Faisol
Faisol Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lahir di Jember - Jawa Timur, Anak ke 2 dari enam bersaudara.

Instagram : akhmadf_21 Twitter : @akhmadf21

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kebahagian Memang Tidak Bisa Dibeli, Namun Bisa Dibagi

10 Juni 2021   13:04 Diperbarui: 10 Juni 2021   13:17 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : www.indopositive.org

"Di dunia ini tidak ada ceritanya ada orang menjual kebahagian, andai saja ada yang menjualnya, mungkin sang pedagang akan kewalahan menerima dan melayani pembeli, karena memang kebahagian tidaklah untuk diperjual belikan, namun bahagia bisa di bagi antar sesama".

Sebagai makhluk sosial yang tidak lepas dari kepentingan dan kebutuhan, selalu berpikir dan beraktivitas sehari-hari dengan mencari nafkah untuk di bagi pada sanak keluarga dalam rangka mencukupi kebutuhan sehari-hari, karena dengan hidup berkecukupan setidaknya menjadikan keluarga harmonis dan bahagia.

Karakter dan kepribadian seseorang memang sangatlah berbeda, ada yang sudah berkecukupan namun enggan untuk berbagi, ada yang hidupnya serba pas-pasan namun ia senang berbagi, ada pula orang yang sangat kaya malah sangat senang sekali berbagi.

Kebahagian itu soal rasa senang yang bergelora dalam hati, dimana rasa senang itu karena dipengaruhi oleh sesuatu yang membuat kita senang.

Hakekatnya orang yang senang berbagi satu sama lain, tidak lain supaya dirinya bahagia, dimana melihat orang lain bahagia, kita pun juga demikian dengan cara saling mengasihi dan berbagi satu sama lain.

Dalam agama Islam ada banyak konsep berbagi ini, mulai dari zakat, shodaqoh, santunan, dan lain sebagainya, sebagai upaya meringankan beban saudara-saudara kita yang membutuhkan, seperti kaum dhuafa, fakir, miskin, dan anak yatim.

Konsepsi dan narasi yang hendak di bangun disini adalah "bahagia memang tidak bisa di beli, namun bisa di bagi", sebagai upaya membangun kesadaran diri sebagai hamba Allah di muka bumi, memang berbagi sangatlah di anjurkan untuk meringankan beban kaum yang lebih lemah. Karena berbagi dengan niat yang tulus merupakan kebahagiaan tersendiri bagi orang yang berbagi itu, tanpa harus meminta balas Budi ataupun imbalan.

Kesadaran diri dalam berbagi ini yang perlu kita luruskan, sehingga bahagia itu akan tercipta tanpa harus di terjemahkan dengan kata-kata, karena bahasa pun tiada mampu melukiskan bahagia dengan hati yang tulus.

Beberapa hal yang perlu kita luruskan dalam konsep berbagi.

1. Niat dengan hati ikhlas untuk menolong 

Dalam kehidupan sosial masyarakat, namun ketika berbagi tanpa ada niat yang tulus dan ikhlas, di khawatirkan ada udang dibalik rempeyek, artinya konsep berbaginya masih tanpa di dasari dengan ketulusan hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun