Mohon tunggu...
kang an
kang an Mohon Tunggu... Insinyur - belajar

meretas jalan menuai waktu

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Lestari yang Tak Bertepi

26 Januari 2023   19:06 Diperbarui: 26 Januari 2023   19:09 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia Lestari. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Beberapa hari yang lalu saya baru saja membaca sebuah berita yang mengabarkan bahwa salah satu Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah di Indonesia mempunyai ketinggian hampir sama dengan gedung 16 lantai. Sebenarnya hal ini tidak mengherankan ketika melihat karakter masyarakat indonesia, kondisi pasar, dan pola pengelolaan sampah di TPA yang kurang ideal, lalu tiga hal ini menjadi satu kesatuan yang saling mengikat dimana pada gilirannya akan membuat salah satu fenomena "unik" seperti gunung sampah setinggi 16 lantai gedung pencakar langit.

Pada mulanya karakter masyarakat yang memilih menggunakan peralatan rumah tangga sekali pakai sebagai efesiensi dan mengurangi biaaya hidup, seperti penggunaan tas plastik dalam belanja, memilih menggunakan bungkus makanan dengan bahan pelastik, tidak mau menggunakan tas pelastik berkali-kali dll, dimana perilaku yang seperti itu secara tidak disadari  menyumbang sampah rumah tangga yang volumenya cukup besar. Hal ini sebenarnya bisa di siasati denggan penggunakan alat rumah tangga yang ramah lingkungan.

Kedua adalah kondisi pasar, dimana kondisi pasar secara tidak langsung memaksa konsumen menggunakan produk tidak ramah lingkungan, alih-alih biar simpel dan murah hampir banyak pedagang selalu menawarkan penggunaan produk berbahan pelastik, tanpa ada edukasi penanganan limbah pelastik itu setelah digunakan supaya tidak mencemari lingkungan. Yang lebih ekstrimenya pasar mampu membuat tren dimana penggunaan alat rumah tangga berbahan plastik sebagai identitas "moderen", jelas hal yang seperti itu mendorong masyarakat berbondong-bondong menggunakan alat rumah tangga berbahan pelastik, tanpa mengerti bagai mana pengolahan limbahnya nanti agar ramah lingkungan.

Terahir adalah pola pengolahan sampah, sebenarnya banyak teknik dalam pengolahan sampah, mulai dari penguraian, pencacahan sampai daur ulang. Tapi entah mengapa pemerintah seakan "tidak mampu" mengolahnya agar tidak menjadi masalah sosial yang rumit, padahal banyak kampus-kampus yang melakuakan penelitian dan pembuatan teknologi yang berkaitan dengan pengolahan sampah dan banyak Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia ini mulai dari akademisi sampai praktisi yang mampu mengolah problem  ini.

Sebenarnya sampah memang banyak jenisnya dan sumbernya bukan hanya dari limbah rumah tangga atau industri kecil di sekitar kita. Tapi limbah pelatik yang bersumber dari limbah rumah tangga dan usaha kecil di sekitar kita, harus juga menjadi perhatian serius oleh kita semua agar penanganannya tepat. Mari kita pilah dan buang sampah pada tempatnya agar bumi ini tetap lestari dan menghidupi kita semua tanpa tepi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun