Mohon tunggu...
Akbar Zainudin
Akbar Zainudin Mohon Tunggu... Human Resources - Trainer Motivasi, Manajemen dan Kewirausahaan. Penulis Buku "Man Jadda Wajada". BUKU BARU: "UKTUB: Panduan Lengkap Menulis Buku dalam 180 Hari". Ngobrol bisa di Twitter: @akbarzainudin atau www.manjaddawajada.biz

Trainer Motivasi, Manajemen dan Kewirausahaan. Penulis Buku "Man Jadda Wajada". BUKU BARU: "UKTUB: Panduan Lengkap Menulis Buku dalam 180 Hari". Ngobrol bisa di Twitter: @akbarzainudin atau www.manjaddawajada.biz

Selanjutnya

Tutup

Money

Dluwang Art: Sandal Kok Dari Kertas?

1 Juli 2010   17:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:09 3822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Dluwang, dalam bahasa Jawa berarti kertas. Kertas adalah bahan yang mudah robek, dan jika terkena air, langsung rusak. Apalagi kalau kertas ini adalah kertas koran yang tipis dan mudah rusak. Tetapi, kreativitas dan ilmu menjadikan kertas koran ini tidak saja kuat, tetapi bisa menjadi bahan baku untuk berbagai produk sehari-hari. Salah satu produk yang bisa dibuat dari kertas koran bekas ini adalah sendal. Alas kaki ini biasanya terbuat dari bahan baku busa, karet, ataupun kulit. Tetapi oleh tiga sekawan Yunnas Habibillah, Dande Noradi Ardian, dan Briko Alwiyanto, alas kaki ini dibuat dari bahan yang sangat unik: kertas bekas. Sandal dari koran bekas Awalnya ketiga orang ini mulai dari mengikuti seminar tentang bagaimana mendayagunakan barang-barang bekas, termasuk koran. Dan merekapun mulai mencoba mem”plintir-plintir” koran dan menjadikannya sebagai bahan anyaman. Sebagaimana anyaman rotan dan eceng gondok, hasil “plintiran” koranpun mereka anyam menjadi berbagai bentuk. Sandal adalah salah satu produk yang diminati konsumen. Sandal ini begitu unik karena terbuat dari gulungan kertas. Dari berbagai gulungan kertas yang ada, dibentuklah berbagai sandal lucu dengan variasi ukuran mulai dari anak-anak hingga dewasa. Tidak takut hancur kalau terkena air? Awalnya saya juga ragu apakah sandal ini bisa tahan lama. Ternyata, setelah dipraktekkan langsung dengan disemprot air, sandal ini ternyata sudah melalui pelapisan yang kuat. Produk ini dipastikan kuat dan tahan air karena adanya dua lapisan luarnya. Pertama dilapisi dengan lem kayu untuk memperkuat serta lapisan vernis untuk mengkilapkan serta mencegah air masuk kedalam pori-pori kertas. Sehingga produk ini dipastikan kuat dan tahan air. Walaupun dari kertas, kuat dan tahan air Tentu saja penemuan ini tidak serta merta langsung jadi. Pada awalnya, mereka masih mendapatkan gulungan kertas itu tidak cukup kuat, mudah rusak, dan tidak tahan air. Setelah melalui berbagai percobaan berkali-kali, akhirnya mereka menemukan formula yang pas sehingga bisa menghasilkan produk yang layak untuk dijual. Produk yang dihasilkan tidak hanya sandal. Dari anyaman kertas koran bekas ini memang bisa menghasilkan berbagai produk yang menarik. Produk-produk yang dihasilkan meliputi barang-barang kebutuhan sehari-hari yang bisa dipakai untuk beraktifitas di rumah, sekolah mau pun kantor. Selain itu berbagai produk ini juga untuk assesoris rumah. Rangkaian produk bermerek Dluwang Art meliputi tas kerja, tas sekolah, tas santai, sandal, dompet, bungkus kado, vas bunga, tempat pensil dan lain sebagainya. Uniknya, hampir 90% bahan baku dari produk-produk ini adalah kertas koran bekas. Selebihnya adalah bahan pelapis dan juga berbagai aksesoris agar terlihat menarik. Dipilihnya bahan baku kertas didorong oleh pertumbuhan koran nasional yang begitu besar sehingga menjadikan kertas koran berlimpah. Dengan limpahan kertas yang begitu besar menjadikan harga kertas koran bekas begitu murah, berkisar Rp 1000 per Kg. Dengan harga bahan baku yang murah inilah menjadikan produk hasil olahan kertas bekas ini menjadi lebih menguntungkan. Menariknya, untuk mendukung agar proses produksi tidak berhenti, dan bisa menambah manfaat bagi sekelilingnya, Dluwang Art merekrut para pengrajin dari masyarakat sekitar untuk turut serta memproduksi barang-barang kerajinan ini. Tentu saja mereka sudah dilatih terlebih dahulu dan juga dilakukan pengecekan ulang agar kualitas produk yang mereka bikin bisa dipertahankan. Dengan model kemitraan semacam ini, Dluwang Art dapat memproduksi 500-700 tas setiap bulannya. Bukan hanya tas, bisnis daur ulang dikembangkan ke bentuk pigura. Sebagai produk pendukung, mereka juga membuat pulpen dari ranting pohon. Tas-tas Dluwang dibanderol pada harga Rp 30.000- Rp 100.000, pulpen Rp 5.000, dan sandal diharga Rp 25.000-Rp 40.000. Produknya beragam, mulai dari tempat tissue, tas, sandal, dan lain-lain. Dengan produk-produk yang unik semacam ini, Dluwang Art berhasil memasarkan berbagai produknya baik kepada instansi maupun perorangan ke seluruh tanah air. Diharapkan ke depan bisa mempunyai potensi ekspor ke luar negeri. Dluwang Art sekali lagi memberikan pelajaran berharga kepada kita, bahwa hampir semua barang di sekitar kita bisa bermanfaat, asal kita bisa sedikit kreatif dan inovatif untuk memberikan sentuhan ilmu dan teknologi. Kreativitas dan inovasi inilah yang akan membuat produk-produk yang tadinya tidak mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, menjadi produk yang bernilai tambah besar. Selain itu, pola kemitraan yang dikembangkan Dluwang Art juga memberikan kita pelajaran berharga bahwa bisnis ini tidak sekedar menghasilkan keuntungan bagi personal atau perusahaan kita, tetapi juga perlu untuk memberi manfaat bagi orang-orang di sekitar kita. Informasi tentang Dluwang Art bisa dihubungi: Yunnash - 08562841828 atau Novi - 0818267155, di www.dluwangart.com. Sukses buat Anda semua, Salam Man Jadda Wajada. AKBAR ZAINUDIN Penulis buku motivasi Best Seller: “Man Jadda Wajada: The Art Of Excellence Life”, Penerbit Gramedia, Jakarta, 2010. Email: akbar.zainudin@gmail.com Facebook: Akbar Zainudin Twitter: @akbarzainudin

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun