Mohon tunggu...
Akbar Zainudin
Akbar Zainudin Mohon Tunggu... Human Resources - Trainer Motivasi, Manajemen dan Kewirausahaan. Penulis Buku "Man Jadda Wajada". BUKU BARU: "UKTUB: Panduan Lengkap Menulis Buku dalam 180 Hari". Ngobrol bisa di Twitter: @akbarzainudin atau www.manjaddawajada.biz

Trainer Motivasi, Manajemen dan Kewirausahaan. Penulis Buku "Man Jadda Wajada". BUKU BARU: "UKTUB: Panduan Lengkap Menulis Buku dalam 180 Hari". Ngobrol bisa di Twitter: @akbarzainudin atau www.manjaddawajada.biz

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menjadi Guru yang Ikhlas, Penyayang, dan Bahagia

22 Agustus 2021   11:24 Diperbarui: 22 Agustus 2021   11:38 1027
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru Mengajar. Sumber: Pexel

Ada orang yang diam di kelas, di sisi lain ada juga yang sangat aktif. Kesabaran kita dalam mendidik mereka akan sangat berpengaruh dalam keberhasilan pendidikan mereka.

Jiwa penyayang juga membuka hati kita bahwa kita mendidik agar menjadikan mereka lebih baik, lebih pintar, lebih hebat, dan lebih sukses dari kita. Jangan sampai takut tersaingi oleh murid. Biarkan anak-anak menjadi lebih hebat, lebih pintar, dan lebih sukses.

Tugas kita adalah mendidik mereka sekeras-kerasnya, sehebat-hebatnya, sekuat-kuatnya agar mereka menemukan cara untuk mengembangkan diri secara lebih baik. Tentu kebahagiaan terbesar kita adalah pada saat mereka menjadi lebih sukses dari kita, lebih baik dari kita, dan lebih bermanfaat dibandingkan kita. Itulah bukti bahwa kita sayang dengan mereka.

B. GURU YANG IKHLAS MENGAJAR

Memaknai keikhlasan pada zaman sekarang sungguh tidak mudah. Pada zaman saat semua diukur dengan materi, mewujudkan sesuatu yang non-materi menjadi persoalan sendiri. Termasuk ikhlas, sesuatu yang lebih spiritual, tidak kasat mata, tetapi menjadi faktor pendorong penting dalam kita melakukan sesuatu.

Saya akan berikan gambaran bagaimana ikhlas bekerja, ikhlas beramal itu dalam kehidupan sehari-hari kita.

Ikhlas itu, kita menerima sesuai dengan kontribusi yang kita berikan. Jangan meminta lebih. Kalau kontribusi kita sedikit, berarti memang begitu kualitas diri kita di mata lembaga atau organisasi. Tingkatkan diri kita agar kualitas diri dan kontribusi kita bisa meningkat.

Ikhlas itu, pada saat memulai bekerja, pertanyaannya bukan saya dapat apa terlebih dahulu, tetapi saya bisa memberikan apa. Fokus kita adalah pada apa yang bisa kita berikan, bukan apa yang akan kita dapat. Dengan fokus pada apa yang bisa kita berikan, maka kita akan bekerja secara maksimal.

Energi dan perasaan kita adalah bagaimana kita bisa memberi yang terbaik yang bisa kita lakukan. Upaya kita akan menjadi luar biasa karena kita tahu, saat bekerja, yang terbaiklah yang harus kita berikan.

Ikhlas itu, bekerja bukan untuk mendapatkan pujian atau penghargaan, melainkan bekerja agar menjadikan diri kita bermanfaat. Seringkali, kita sudah bekerja keras, bahkan menurut kita sudah sangat keras, tetapi yang kita terima sungguh di luar dugaan. Kita merasa tidak ada penghargaan dari atasan ataupun lembaga atas kerja-kerja kita.

Berharap dari manusia, memang seringkali membuat kecewa. Setiap manusia memiliki pemikiran yang berbeda. Belum tentu, di mata kita sudah bekerja keras, ternyata di mata orang lain kita belum berbuat apa-apa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun