Mohon tunggu...
Akbar Tribowo
Akbar Tribowo Mohon Tunggu... Lainnya - Praktisi Industri Pariwisata

Seorang pencinta industri pariwisata yang sedang belajar menulis untuk mengisi waktu luang. Siap menerima kritik dan saran yang membangun.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Virus Corona! Adakah Solusinya? Pukulan Telak Industri Pariwisata, Tidak Ada Alasan untuk Jalan-Jalan

27 Maret 2020   23:48 Diperbarui: 30 Maret 2020   14:30 625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari unsplash.com

Kerugian yang cukup besar dirasakan dari banyaknya penundaan perjalanan yang sudah tercatat sebelumnya, mau tidak mau perusahaan tour and travel memberikan status unpaid leave bagi para karyawannya untuk menekan pengeluaran perusahaan.

Sebenarnya Indonesia telah membuat paket stimulus untuk memerangi dampak Covid-19 sebelum virus tersebut menyebar luas di Indonesia, di antaranya yaitu diskon untuk kunjungan domestik di sepuluh tujuan wisata yang dipromosikan oleh pemerintah dengan anggaran 443 miliar, diskon bahan bakar jet oleh PT Pertamina dengan anggaran 265 miliar, pemasaran dan promosi pariwisata dengan anggaran 103 miliar, insentif untuk maskapai dan agen perjalanan dengan anggaran 98.5 miliar, dan promosi wisata melalui influencer media sosial dengan anggaran 72 miliar.

Namun kemudian, beberapa stimulus tersebut ditunda dalam upaya mencegah dan menguragi penyebaran virus corona (Covid-19) yang ditandai dengan adanya Instruksi Presiden (INPRES) nomor 4 tahun 2020 yang terbit pada 22 Maret 2020 tentang refocussing kegiatan, realokasi anggaran, serta pengadaan barang dan jasa dalam rangka percepatan penanganan Covid-19.

Namun, pertanyaannya apakah kita kemudian harus menyesali kondisi ini? Tentu tidak.

Kehadiran virus corona dapat dilihat sebagai peluang dalam industri pariwisata untuk memulai budaya pariwisata baru di Indonesia. MarkPlus Tourism memberitahukan bahwa perilaku wisatawan akan berubah sesuai krisis covid-19 ini. 

Perubahan perilaku wisatawan untuk mengutamakan keamanan dan keselamatan ketika melakukan perjalanan. Maka, Indonesia harus memprioritaskan kesiapan destinasi dalam sistem keamanan dan pencegahan bencana dilevel destinasi.

Disamping itu, wisatawan, terutama yang berasal dari Gen-Y dan Post-Millenial akan lebih cepat mengadopsi konsep sustainable tourism, sehingga Indonesia harus segera mengembangkan pariwisata yang berkelanjutan yang terdiri dari sustainability management, sosial & ekonomi, budaya dan lingkungan. 

Karena pada dasarnya ekspektasi wisatawan ketika berkunjung ke suatu destinasi yaitu untuk mendapatkan pengalaman baru dan unik khas destinasi tersebut, sehingga sudah saatnya destinasi berubah menjadi destinasi yang berkualitas.

Untuk menjadi destinasi yang berkualitas, maka faktor safety & security, hygiene, accesibility, communication, infrastructures, public amenities & services, serta etika transparansi dan rasa menghargai kepada sesama, alam dan budaya wajib terpenuhi. 

Dengan menerapkan konsep destinasi yang berkualitas, maka diharapkan destinasi yang sebelumnya berorientasi kepada jumlah kunjungan wisatawan dapat membuat pariwisatanya lebih berkualitas dibanding destinasi yang hanya berorientasi pada kuantitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun