Oleh: Akbar Pitopang
Baca juga: Micro Puisi: "Demi Gunung Batuku"
***
Tahukah engkau yang dirasakan pasir pinggir pantai?
Ombak datang silih bergantiÂ
Memberi cinta yang segar di kala terik
Tapi ternyata itu semua hanya gurauan
Ombak hanya butuh pasir untuk menghirup harumnya daratan
Kau tahu apa yang dirasakan sebatang kayu yang kokoh
Tatkala api datangÂ
Merayu dengan belaian yang hangat
Kayu kokoh pun luluh melelehÂ
Bila api telah mencapai hasratnya
Tinggal lah arang dan debu Â
Tak seorang mau memandang
Terhembus angin berhamburan
Kau tahu yang dipikul awan hitam
Hati mendung luapan rasa kelam
Hujan telah memberinya beban
Di kala hujan turun membasahi bumi
Penghuni bumi memuja-muji hujan yang derma
Seakan hujan yang paling berjasa
Awan hitam pun menghilangÂ
Bersama rasa yang terpendam
 Adakah yang peduli?
Kau akan tahu yang dirasakan kerikil-kerikil itu
Dirinya selalu diinjak
Walau ramai tetap tak berarti
Bila kaki jatuh tersandungÂ
Kerikil saja yang salah
Kerang di dasar laut yang malang
Sebutir pasir menghibur dengan nestapa
Mengubah duri menjadi mutiaraÂ
Keindahan yang direbut paksa
Kerang yang tercampakkan
Kembali ke dasar keheninganÂ
Berteman dengan kepedihan yang abadi
Tak mengutuk takdir
Tak mencaci-maki nasib
Pura-pura memberi rasa yang indah
Ternyata hanya fatamorgana
Asa itu terus ada selamanya
Hanya tulus yang mampu membela
Oh, biarkan saja
Tetaplah utuh
Karena dirimu terlalu berjasa, untuk mereka.
***
Pekanbaru, 1 Agustus 2022
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!