Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah 2013 Jelajah Negeri Sendiri 2014 | Best Teacher 2022 Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi ANBK | Penggerak KomBel

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pentingnya "Financial Planning" dari Pengalaman Single Parent Biayai Anak Kuliah

30 Juli 2022   19:50 Diperbarui: 31 Juli 2022   15:31 1652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pengelolaan keuangan untuk biaya pendidikan anak (Dok. Shutterstock via Kompas.com)

Ketika Kompasiana mengulas topik tentang estimasi biaya kuliah yang semakin mahal di masa mendatang, seketika terlintas dalam benak penulis tentang pengalaman orang tua kami  dalam menguliahkan anaknya.

Ya, sesuai judul di atas kami hidup bersama orang tua single parent yaitu ibunda yang berjuang membesarkan, menyekolahkan serta mencukupi segala kebutuhan dari 5 orang anaknya.

Kami paham betul betapa besarnya pengorbanan, perjuangan dan keikhlasan yang dimiliki oleh ibunda dalam menerima keadaan yang sangat sulit itu yang belum tentu orang lain mampu memikulnya seorang diri.

Ayahanda kami memang benar-benar tidak bisa membantu dari segi finansial karena alasan kesehatan. Ditambah kakek dan nenek kami juga tidak peduli dengan nasib ibunda kami yang nestapa dan menderita.

Tapi syukurlah ibunda kami seorang PNS yang memikul tugas yang sangat mulia yakni sebagai tenaga pendidik. Itulah salah satu yang mempelopori penulis untuk mengikuti jejak ibunda.

Meskipun berstatus PNS, dengan seorang diri mengurusi 5 orang anak, gaji yang diterima setiap bulannya dengan nominal yang tidak terlalu besar tentu tetap saja mengalami defisit.

Maka untuk menyiasati keadaan itu agar tetap ada tambahan dana finansial untuk bertahan hidup orang tua kami melakukan berbagai cara.

Mulai dari ikut orang memanen padi, beternak itik, berjualan kue-kue, hingga ketika situasi benar-benar sedang tidak bisa diajak kompromi maka ibunda akan melakukan rumus “gali lubang, tutup lubang”.

Para pembaca budiman pasti sudah tahu tentang pola pembiayaan tersebut. Baik dilakukan dengan cara meminjam ke perorangan maupun ke pihak eksternal misalnya kepada bank atau koperasi.

Begitu besar perjuangan ibunda demi dapat melihat anak-anak tumbuh berkecukupan (tidak lebih dari cukup) dan demi dapat melihat anak-anaknya menjadi “orang” dan tidak menjadi “beban” dalam kehidupan bermasyarakat di kemudian hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun