Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah 2013 Jelajah Negeri Sendiri 2014 | Best Teacher 2022 Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi ANBK | Penggerak KomBel

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Jurnal Ilmiah Kampus Bak Hidup Segan Mati Tak Mau

15 Februari 2012   07:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:37 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1329291015412392632

[caption id="attachment_162886" align="aligncenter" width="317" caption="ilustrasi (courtesy:umy.ac.id)"][/caption]

Semoga tulisan ini masih belum membosankan untuk dibahas. Disaat Dirjen Pendidikan Tinggi menyebarkan surat edaran mengenai keharusan mahasiswa untuk melalukan publikasi pada jurnal ilmiah, banyak diprotes oleh banyak kalangan tidak hanya mahasiswa.

Ketika pagi senin (13/01) kami kuliah pertemuan pertama dengan Prof. Dr. Abdul Munir Mulkam. Selain sebagai dosen di kampus kami ia juga sebagai ketua Komnas HAM di Jakarta. Pada pertemuan yang pertama itu bapak langsung memberikan tugas pribadi dan harus dikumpul dua pekan kedepan.

Pada pertemuan itu bapak menekankan akan pentingnya kebiasaan menulis terutama di kalangan akademis seperti mahasiswa dan dosen. Bapak juga membahas mengenai banyak hal. Termasuk menyinggung masalah yang sedang panas belakangan ini yakni masalah publikasi jurnal ilmiah.

Kenapa perguruan tinggi di Indonesia tidak dapat berkata banyak. Bahkan kalah dari Vietnam yang baru merdeka kemaren. Apa sih yang salah? Sebenarnya kita bisa. Dengan jumlah mahasiswa yang begitu banyak pasti banyak karya tersebut yang layak untuk di publikasikan.

Kampus-kampus di Indonesia banyak yang belum menyediakan jurnal. Inilah pokok permasalahannya. Seharusnya disetiap fakultas disediakan jurnal. Tetapi sampai saat ini masih banyak yang belum merealisasikannya. Kalaupun ada, kebanyakan belum terakreditasi. Otomatis publikasi yang ada tidak terdaftar. Mengurusnya juga tidak mudah. Disamping itu yang kami dengar, bagi yang akan mempublikasikan karyanya musti membayar terlebih dahulu. Untuk satu karya membayar uang diatas satu juta. Bagaimana mungkin hal ini akan membangkitkan minat mahasiswa ataupun dosen untuk mempublikasikan karyanya.

Jadi kebanyakan karya yang dipublikasikan karya yang tidak begitu menarik. Sedangkan untuk mendapatkan akreditasi, jurnal ilmiah tersebut berisi tulisan-tulisan yang berkualitas. Sehingga akan memudahkan untuk proses akreditasi itu sendiri.

Maka dengan permasalahan yang seperti itu kami mengistilahkan nasib jurnal ilmiah kampus ini dengan pepatah Minang, “hidup segan mati tak mau”. Jurnal ilmiah itu sangat dibutuhkan. Namun minat masih kurang untuk menghasilkan karya yang bagus. Jika yang dipublikasikan karya tulisan yang tidak menarik sama saja dengan percuma. Jadi tidak ada gunanya jurnal ilmiah seperti itu. Namun jika jurnal ilmiah ini tidak diadakan bagaimana caranya agar menumbuhkan semangat menulis itu sendiri. Tulisan ada tapi wadah untuk publikasinya tidak ada. Jurnal ada tapi tulisan yang dipublikasikan kurang berkualitas. hmmm…. Cocok sekali dengan pepatah diatas.

***

Salam hangat semoga bermanfaat

DIY, 15 Februari 2012

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun