Mohon tunggu...
Akbar Fithriansyah
Akbar Fithriansyah Mohon Tunggu... Jurnalis - Gerilyawan Muda

Penikmat kopi hitam

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sekelumit Isu Covid, Himbauan dan Jari-Jari Mati Rasa

28 Maret 2020   15:21 Diperbarui: 22 April 2021   22:44 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tim cek fakta Liputan6.com mencoba menelusuri kebenaran informasi dan video yang diunggah situs beritaislam.org tersebut. Gambar yang diklaim sebagai kawanan burung gagak dalam artikel itu ditelusuri dengan menggunakan google images. Hasilnya ada satu artikel yang menjelaskan tentang peristiwa kawanan burung memenuhi atap mobil.

Adalah artikel berjudul "Thousands of black birds -- aka grackles -- take over parkirng lot in Houston" dari situs 1063thebuzz.com yang menjelaskan peristiwa tersebut. Artikel tersebut juga mengunggah sebuah video yang sama dengan situs beritaislam.com. Artikel itu menjelaskan bahwa peristiwa kawanan burung itu terjadi di Houston, Amerika Serikat. Burung-burung yang berwarna hitam dalam video itu pun bukan gagak, tapi grackle.

Penelusuran selanjutnya dilakukan dengan menggunakan mesin pencari google dengan memasukan kata kunci "Wuhan Giant Mosquito". Kemudian terdapat artikel dari situs theepochtimes.com berjudul "Are Unusual Animal Phenomena in China Related to Wuhan Coronavirus?" yang menjelaskan tentang fenomena di China yang berhubungan dengan virus Corona.

Dalam artikel tersebut terdapat video yang diklaim oleh situs beritaislam.com sebagai nyamuk raksasa di Wuhan. Video tersebut ternyata juga diunggah oleh akun twitter @Raymond999USA pada 27 Januari 2020 lalu. Kesimpulan dari kasus tersebut di atas, bahwa klaim beritaislam.org yang menyebut kota Wuhan dikepung burung gagak dan nyamuk raksasa ternyata tidak benar. Narasi yang disampaikan dalam artikel tersebut tidak sesuai dengan fakta sebenarnya. Hasil lengkap penelusuran tersebut bisa cek di https://www.liputan6.com/cek-fakta/read/4182175/cek-fakta-video-setelah-burung-gagak-nyamuk-raksasa-serang-wuhan-ini-faktanya 

Bahkan tidak jarang saya melihat media besar terpeleset akibat Corona, sebut saja Tempo.co yang sempat memberitakan seorang maestro sepakbola bermurah hati memfasilitasi hotel dan menanggung seluruh biaya pengobatan pasien Covid-19 di daerahnya, sontak saja postingan tersebut dikunjungi banyak viwers. Rupanya khilaf pemirsa dan diklarifikasi kemudian. Inilah bedanya media online ternama, mereka lebih mudah mengakui "dosa", ketimbang media - media kecil.

Kalau saja betah berlama-lama berselancar di media social, tentu ada banyak lagi contoh kasus lain yang aneh-aneh kita temukan. Misalnya saja, tentang sebuah video cara petugas Malaysia mengusir kerumuman warganya menggunakan drone, yang viral di Youtube. Ini jelas video fitnah yang keji dan tidak dapat dibenarkan, karena kejadian yang sebenarnya adalah di Brazil. Jika saja kita mau bersabar sejenak, sebelum menjudge kebenaran informasi atau bahkan ikut membagikan berita tersebut, begitu referensi di google yang menerangkan bahwa sebenarnya sebagian besar video tersebut adalah hoax. Pada kasus lain, video-video yang beredar tersebut bisa saja benar atau merupakan suatu peristiwa atau kejadian, namun tidak actual dan tidak ada kaitannya dengan Corona atau China, bisa saja kejadian di tempat lain dan pada masa yang sudah lampau.

Saya menyebut hal ini bagian dari upaya sekelompok orang yang tidak bertanggungjawab dan memiliki jari - jari yang sudah mati rasa. Mereka begitu mahir memanfaatkan emosi umat dengan cara membangun narasi, kemudian menggiring opini tersebut sekelamak perut mereka sesuai dengan kepentingan sendiri atau kelompok, guna  mencapai tujuan tertentu.

Belum lagi jika membuka Grup WA, sejak satu bulan terakhir ini hampir semua Grup WA membahas Virus Corona. Ada member yang hanya sekedar memposting hasil copy paste, ada pula yang detil membahas dan mengaitkan Isu Corona dengan nilai-nilai keagamaan, kadang perang ujung jari tak dapat dielakkan. Tidak sedikit pula yang lihai meramu rempah dapur, bak tabib zaman baheula mencipta obat atau jamu penangkal Corona. Namun yang lebih banyak dishare ialah himbauan dari Pemerintah, MUI dan maklumat Kapolri. Ya, semua pihak kini sibuk menghimbau.

Himbauan AJI, KPI dan AMSI

Media massa selaku pihak yang mengabarkan perkembangan virus corona diminta berhati-hati dalam memberitakan isu virus corona. Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) memberikan catatan bagi pemilik media terkait pemberitaan virus corona. Ada beberapa catatan dan imbauan yang perlu diperhatikan.

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta mengimbau media massa tidak mempublikasikan indentitas WNI yang terjangkit virus corona. Sebab, hal ini dapat menimbulkan kepanikan masyarakat. Seperti yang disampaikan oleh Asnil Bambani selaku ketua AJI Jakarta, bahwa media perlu menjaga kerahasiaan identitas pasien dan keluarganya seperti nama lengkap dan alamat, guna menghindari kepanikan massal. Selain itu, dirinya juga meminta media tidak mengeksploitasi korban demi sebuah sensasi dalam pemberitaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun