Mohon tunggu...
Akbar Bimo
Akbar Bimo Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Membongkar Tanda dan Makna Komik "Mari Kenali Kandidatmu Lebih Baik!"

16 Mei 2018   12:25 Diperbarui: 16 Mei 2018   13:11 2233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Terdapat beberapa tanda yang dapat dihubungkan dengan pemaknaan secara mitos dalam ilustrasi komik strip "mari kenali kandidatmu lebih baik!" ini. Mitos sebagai salah satu klasifikasi tanda oleh Roland Barthes merupakan suatu sistem yang unik. 

Mitos itu sendiri dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya, atau dengan kata lain mitos adalah juga suatu sistem pemaknaan tataran ke-dua (Sobur, 2009: 71). Pada pemaknaan mitos ini, penulis mengambil simbol peci yang dikenakan oleh calon kandidat pada poster partai cap jempol dan tokoh bapak tua pemilik warung sebagai tanda utama yang merupakan salah satu kunci dari pemahaman makna pesan komik.

Peci itu sendiri merupakan salah satu perlengkapan yang sering digunakan umat muslim laki-laki untuk beribadah. Maka perkiraan masyarakat pada laki-laki yang mengenakan peci dipandang sebagai seseorang yang muslimah, taat beragama, rajin sholat, dan lain hal yang berhubungan dengan agama islam. 

Dari pandangan masyarakat yang seperti itu melahirkan suatu mitos baru di masyarakat baik berupa mitos yang positif ataupun yang negatif. Seperti yang sudah disebutkan tadi, dalam sikap yang positif penggunaan peci dianggap sebagai orang (pria) yang taat pada agamanya (islam) , sedangkan dalam sikap negatif peci juga dapat disimbolkan sebagai suatu hal yang fanatik, atau memuja, atau mungkin membanggakan agamanya. Pandangan seperti itu yang sebenarnya perlu untuk dihindari. Sebelum terlahir pandangan negatif tentang peci pada masa ini, Peci sebenarnya sudah dikenal sebagai Identitas Nasional, setelah perkataan Soekarno.

Pada masa saat Indonesia sudah merdeka, Soekarno merubah pandangan masyarakat Indonesia terhadap peci, dimana peci bukan hanya merupakan identitas orang islam, namun dapat dipakai oleh siapa saja terutama warga Indonesia. Semenjak itu peci dikenal sebagai simbol kepribadian Indonesia dengan sifatnya yang khas. 

Selain simbol negara terdapat mitos lain yang menyatakan bahwa penggunaan peci sebagai identitas lelaki, yang dimana saat mengenakan peci maka akan terlihat lebih ganteng. Tidak peduli apapun agamanya, jika pria yang memakai peci maka akan memperlihatkan kesan yang gagah dan berwibawa sehingga terlihat lebih tampan dari biasanya. 

Pada pilkada atau pemilu dipakai oleh seorang pemimpin sebagai simbol yang menunjukan sifat kewibawaan, status juga tradisi. Konsep ini menjadikan suatu simbol peci itu merupakan hal yang wajib dikenakan bagi mereka yang ingin menjadi calon pemimpin negara, provinsi, atau kabupaten.

Itu mengapa pemakaian peci sangat penting dalam foto calon kandidat suatu pemilihan, demi menaikan citra diri sebagai pemimpin dengan memanfaatkan makna simbol peci. Namun pada kenyataannya tidak semua calon yang memakai peci dalam fotonya memiliki jiwa pemimpin yang sesungguhnya. Disinilah harus timbul suatu mindset baru dari kalangan masyarakat yang akan memilih, yaitu untuk jangan memilih suatu calon pemimpin hanya dari tampilannya saja, namun telusuri lebih dalam lagi mengenai calon kandidat tersebut demi Indonesia yang lebih maju.

DAFTAR PUSTAKA

Budiman, Kris. 2011. Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problem Ikonitas. Yogyakarta: Penerbit Jalasutra Anggota IKAPI .

http://jabar.tribunnews.com/2015/12/14/karena-soekarno-kita-bangga-pakai-peci-ini-asal-usul-peci-hitam-yang-jadi-ikon-nasional, diakses pada14 mei 2018, pukul 02:14.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun