Mohon tunggu...
Akbar Fahmi
Akbar Fahmi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Bercita-cita menulis buku

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

5 Hospital dengan Hospitality Bintang 5

25 September 2012   01:11 Diperbarui: 4 April 2017   16:53 14600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1348543228747390394

[caption id="attachment_214427" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Citra pelayanan kesehatan di Indonesia sering dipergunjingkan dalam forum-forum diskusi di Internet. Kualitas pelayanan yang kurang prima dari sebagian provider kesehatan seakan menjadi alasan pembenar untuk memukul rata buruknya kondisi pelayanan kesehatan di Indonesia. Eksodus besar-besaran pasien kelas atas ke Singapore dan Malaysia semakin mempertegas opini yang dibentuk. Menurut saya, dunia kesehatan tidak dapat dipandang secara hitam putih. Saya tidak memungkiri bahwa ada sebagian lembaga kesehatan yang tidak profesional dalam melayani pasien, tetapi saya yakin bahwa ada banyak penyedia layanan kesehatan yang terus berusaha keras untuk profesional dalam melayani pasien. Terkait eksodus pasien kelas atas yang membawa jutaan USD devisa negara ke negeri jiran, saya ingin menyampaikan opini saya. Saya merasa bahwa dalam hal ini pasien-pasien tersebut tidak salah. Mereka berhak memilih dimana mereka dirawat dan dengan dokter siapa mereka akan dirawat, namun kuatnya opini tentang citra buruk rumah sakit di Indonesia telah mengarahkan pikiran mereka untuk menjatuhkan pilihan berobat ke luar negri. Secara sederhana saya memandang masalah ini sebagai perang propaganda pemasaran. Pemerintah Singapore melalui www.hpb.gov.sg tak henti-hentinya mengkampanyekan Singapore sebagai tempat terbaik untuk menikmati Medical Tourism. Mereka sangat sadar akan pentingnya kampanye ini dalam keberlangsungan pembangunan Singapore. Pemerintah Indonesia seharusnya meminta tolong om Alim Markus untuk kembali mengkampanyekan, "Cintailah Doktel-Doktel Indoneca". Saya sangat mengapresiasi langkah kompasiana untuk mengangkat kembali berobat dalam negeri. Saya sangat yakin kekuatan tulisan kolektif  kompasianer akan dapat memberikan counter terhadap opini publik untuk berobat ke luar negri. Sepanjang tahun 2009-2012, saya sedikit iseng untuk melakukan riset mini untuk mengetahui alasan mengapa rumah sakit di Singapore lebih diminati dari rumah sakit di Jakarta atau Surabaya? Sejauh dari penelitian saya, hipotesis sementara yang saya dapatkan adalah faktor keramahan (hospitality) dari tenaga kesehatan yang paling membedakan antara Singapore-Jakarta-Surabaya. Saya merasa bahwa dokter di Singapore secara keilmuan sama dengan dokter Indonesia, bedanya di Indonesia dokter akan "terlihat" pintar bila dapat mendiagnosis penyakit dengan sesedikit mungkin bertanya dan memeriksa. Kata orang di Bojonegoro, dokter dengan tipikal seperti itu adalah dokter setengah dukun (Terkun). Dokter di Singapore memiliki karakteristik yang lain. Saat saya berkunjung ke Fakultas Kedokteran National University of Singapore 15-20 Januari 2012 untuk presentasi penelitian, saya terkejut saat salah satu dokter disana mengajak pasien untuk bersama-sama membuka Text book kedokteran dengan tebal 7 cm untuk menjelaskan diagnosis penyakit yang diderita pasien. Dalam hati saya berpikir, "untung dia tidak berkerja di Indonesia. Di Indonesia pantang bagi dokter buka buku di depan pasien, bisa dibilang dokter bodoh." Rata-rata dokter di Singapore menghabiskan waktu 30-60 menit untuk mengangani satu pasien. Sejauh yang saya tahu di Indonesia, satu dokter menghabiskan waktu 5-15 menit untuk satu pasien, mungkin karena jumlah pasien di Indonesia lebih banyak daripada di Singapore. Saya merasa bahwa inilah letak perbedaan selanjutnya. Pasien kelas atas yang educated akan lebih kritis dan lebih senang berdiskusi dengan dokter tentang penyakitnya, sedangkan pasien kelas menengah kebawah hanya berpikir yang penting dapat obat dan sembuh. Hospitality butuh waktu dan kesabaran. Riset mini yang saya lakukan ternyata memiliki output sampingan. Saya jadi tahu bahwa sebenarnya di Indonesia (khususnya Jakarta dan Surabaya) ada beberapa Rumah Sakit (Hospital) yang memiliki konsep pelayanan dan keramahan (hospitality) bintang lima. 1. Rumah Sakit Siloam Grup Siloam tentu tidak asing di telinga sebagian besar pasien Indonesia, terutama yang tinggal di kota besar. Rumah sakit milik Grup Lippo ini tak dapat dipungkiri lagi memiliki pelayanan dan keramahan bintang lima. Rumah sakit yang banyak mengadopsi manajemen pelayanan Rumah Sakit Gleneagles ini tak diragukan lagi memiliki kultur organisasi yang menjunjung tinggi hospitality. Dokter yang profesional, perawat yang ramah, bangunan yang modern dan artistik adalah sekelumit rahasia kesuksesan Rumah Sakit Siloam dalam memanjakan pasien. Berkat usaha keras mencapai hospitality bintang lima, pada tahun 2011 Rumah Sakit ini berhasil menyelamatkan 1,26 triliun rupiah devisa negara. Untuk info lebih lanjut anda bisa browsing ke www.siloamhospitals.com 2. Rumah Sakit Premier Surabaya Rumah sakit ini adalah tempat berkumpul para pakar kesehatan di Surabaya. Salah satu jaringan Ramsay Healthcare Australia ini menawarkan pelayanan prima dengan standar Internasional. 100% pelayanan dilakukan oleh dokter Indonesia, namun sistem manajemen banyak mengadopsi sitem pelayanan di Australia. Bahkan pada tahun 2010, rumah sakit premier berhasil meraih The Best of Surabaya Service Excellence Champion Awards for The Hospital Category from MarkPlus. Untuk info lebih lanjut anda bisa browsing ke www.rs-premiersurabaya.com. 3. Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk Ini adalah salah satu rumah sakit favorit saya. Rumah sakit Pantai Indah Kapuk adalah tempat terbaik untuk rawat inap, menurut saya. Dari jendela kamar rawat inap, pasien langsung disuguhi pemandangan yang indah hamparan lapangan golf yang hijau. Dengan strategi environmental healing, manajemen rumah sakit ini percaya bahwa lingkungan yang hijau dan sejuk akan mempercepat proses penyembuhan penyakit anda. Untuk info lebih lanjut anda bisa browsing ke www.pikhospital.co.id. 4. Rumah Sakit Husada Ini adalah rumah sakit dengan pelayanan terunik untuk rawat jalan. Pada ruang tunggu unit rawat jalan, manajemen rumah sakit menyediakan kursi pijat dan alat pemijat kaki sejak tahun 2011. Dengan konsep unik ini diharapkan pasien akan lebih nyaman dalam mengantri. Antrian yang panjang dan mengular memang menjadi masalah spesial bagi rumah sakit-rumah sakit besar. Untuk informasi lebih lanjut anda bisa browsing ke http://www.husada.co.id. 5. Rays International Dental Clinic (Rays) Rays memiliki konsep luar biasa dalam membangun sebuah organisasi berbasis hospitality. Rays adalah satu-satunya klinik (bukan rumah sakit) yang terpaksa saya cantumkan dalam dalam 5 rumah sakit dengan pelayanan bintang 5. Berobat ke Rays adalah sebuah rekreasi. Arsitektur bangunan yang terkesan green and clean adalah keunggulan tersendiri Rays. Klinik gigi milik istri Dino Patti Djalal (Dubes Indonesia untuk AS) ini memang menawarkan keunggulan yang tidak bisa ditolak. Healthcare Technology oke, Hospitality bintang lima. Bahkan tak jarang motivasi pasien datang berobat ke klinik ini lebih didominasi keinginan lari dari jebakan kemacetan Jakrta, dan berelaksasi di klinik ini. Untuk informasi lebih lanjut anda bisa browsing ke www.raysdental.com. Rahasia sukses Rumah sakit-Rumah sakit tersebut semoga dapat menginspirasi rumah sakit lain untuk berbenah, berkembang dan berinovasi sehingga mencapai hospitality bintang lima. Salam sehat lahir batin^^

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun