Mohon tunggu...
AkakSenja
AkakSenja Mohon Tunggu... Penulis - Perempuan yang terus belajar, bertumbuh, dan sembuh melalui tulisan.

Ekspresif yang aktif. Menulis untuk diri sendiri. Fotografi dan pejalan jiwa. Penikmat kopi dan penyuka senja.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Antara Melupakan dan Mengikhlaskan

30 November 2020   17:15 Diperbarui: 3 Desember 2020   13:32 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pixabay.com/photos/moving-forward-move-ahead-progress-4777506/

Beberapa bulan yang lalu ...

Bermula dari ketidakinginanku menyia-nyiakan kesempatan. Cinta yang datang, yang menjadi inspirasiku untuk terus memperbaiki diri. Kukira, semuanya akan baik-baik saja.

Dari caraku mengagumi, menyukai hingga akhirnya mencintaimu, aku hanya mengolah perasaanku sendiri sejak saat itu. Ya. Sebuah perasaan yang tak akan bisa ku perjuangkan selain lewat doa-doa. Karena diluar itu semua, aku tak lagi punya kuasa.

Tiga tahun lebih perasaan ini menentramkan dan mencambuk hatiku. Dengan asa yang bergelora, untuk memilikimu seutuhnya. Tapi apa hasilnya? Semuanya seakan tak mengubahmu. 

Aku saja yang terlena, dari apa-apa yang kamu berikan untukku. Tapi nyatanya, pada hampir semua perempuan kamu memberikan hal yang sama. Apalagi, kamu menganggap ku hanya sebatas teman.

Sedari awal, hanya aku yang mempunyai perasaan ini. Aku yang memulainya terlebih dahulu. Perasaan yang lagi-lagi hanya aku sedangkan kamu? Tidak ada sama sekali. Namun, setelah dua tahun, aku memutuskan untuk membebaskan perasaanku. 

Perasaan ini aku biarkan untuk perlahan pergi dan tak kembali atau menetap tetapi aku tak berharap. Aku menyerahkan sepenuhnya pada hati untuk memutuskan. Namun, lagi-lagi keputusan itu berakhir dengan hal-hal yang membuatku terluka sendirian.

Selalu saja begitu. Serba sendirian. Mencintai sepihak maka harus bersiap tentang hal-hal yang takkan pernah terbalas. Rindu yang akan terobati dengan temu, tapi tidak dengan aku. 

Hanya bisa mengatakan rindu padanya lewat doa-doa yang aku langitkan di semesta, memandangnya dari jauh untuk sekedar mengobati rindu yang berteriak untuk didengarkan. Ya. Setelah semua itu, terluka sendirian adalah akibat yang pasti dari hal-hal yang dimulai dengan sepihak. Jadi, resiko paling besar dalam mencintai sendirian adalah terluka sendirian. Tak cukup sampai disitu, lagi-lagi aku harus mengobati  luka itu sendirian.

Bisa saja aku melibatkan orang lain. Banyak orang yang ingin menggantikan posisimu, banyak orang yang ingin mengobati lukaku, banyak orang yang ingin memenangkan hatiku. Tapi aku tidak bisa melakukannya. Aku tidak ingin orang lain terluka, seperti luka yang aku rasakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun